PARASITOLOGI

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.

Tujuan Pengajaran Parasitologi
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.

Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit

1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes.

2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.

3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya.

4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya.

Hubungan antara Parasit dengan Inang
Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.

Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya
Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi:

– Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.

– Kekebalan didapat secara aktif.

Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.

Ekologi Parasit
Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis-jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:

a. Data biometeorologi

b. Penguapan air

c. Kandungan air dalam tanah.

Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit
Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu.

Ruang Lingkup Parasitisme
Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya.

Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya
Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada:

(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,

(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,

(3) taksonomi parasit penyebabnya.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:

1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.

2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya

3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.

Protozoa Parasit Usus
Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.

Protozoa Parasit Rongga Tubuh
Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata.

Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya
Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik.

Protozoa Parasit Pada Jaringan
Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital.

Trematoda Usus
Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.

Cestoda Usus
Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum, jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait . Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:

1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis.

2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium.

Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.

Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin

Nematoda Usus
Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.

Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung telur. Diagnosis dengan menemukan telur dalam sputum atau tinja penderita. Pencegahan dengan memasak dengan baik ketam atau udang yang akan dimakan. Trematoda darah pada manusia adalah Schistosoma japonicum, S. haematobium dan S. mansoni. Infeksi terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes. hanya mempunyai 1 hospes perantara yaitu keong Oncomelania (S. japonicum); Biomphalaria (S. mansoni) dan Bulinus (S. mansoni). Berbagai hewan dapat terinfeksi oleh cacing ini dan menjadi hospes reservoarnya. Habitat S. japonicum dan S. mansoni adalah pada vena meseterika dan cabang-cabangnya, telur yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat ditemukan dalam tinja penderita (untuk diagnosis). Sedangkan habitat S. haematobium adalah pada vena kandung kencing, sehingga untuk diagnosis dengan menemukan telur dalam urin penderita. Pencegahan dengan perbaikan irigasi, pemberantasan keong dan pengobatan dengan kalium ammoniumnitrat, nitridazole dan astiban.

Nematoda Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Nematoda darah atau dikenal sebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau elefantiasis/filariasis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga sebagai cacing filaria limfatik, sebab habitat cacing dewasa adalah di dalam sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yang menjadi hospes definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektomya. Filariasis bancrofti mempunyai 2 tipe, yaitu: 1.Tipe urban, atau terdapat di daerah perkotaan, vektornya nyamuk Culex quenquefasciatus/C. fatigans. 2.Tipe rural, vektornya nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes tergantung pada daerahnya. Periodisitasnya adalah periodik nokturna, di mana mikrofilaria banyak ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu malam hari. Filariasis malayi lebih banyak terjadi di daerah rural, vektornya adalah nyamuk Mansonia yang tempat perindukannya di rawa-rawa dekat hutan dan beberapa jenis dari nyamuk Anopheles dapat pula menjadi vektor penyakit ini. Perbedaan nyamuk yang menjadi vektornya tergantung pada daerah geografis. Periodisitas filariasis malayi adalah subperiodik nokturna, artinya mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu siang dan malam hari, meskipun jumlahnya lebih banyak pada malam hari. Bila mikrofilaria dalam darah tepi penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk vektor pada waktu nyamuk rnengisap darah, maka akan berubah menjadi larva stadium I-III (L1-L2-L3). L3 bila nyamuk mengisap darah manusia akan terbawa masuk ke dalam tubuh dan menuju saluran limfe serta menjadi dewasa dalam kelenjar limfe. Gejala utama filariasis adalah: limfangitis, limfadenitis, limfedema, yang bisa terjadi berulang-ulang sampai akhimya bila sudah kronis (bertahun-tahun) akan terjadi elefantiasis. Pada infeksi W. bancrofti biasa menyerang ekstremitas bagian atas, alat genital, yang bisa menimbulkan hidrokel dan juga buah dada, namun juga bisa menyerang kaki. Filariasis malayi lebih banyak menyerang bagian kaki. Diagnosis dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi penderita, tergantung periodisitasnya maka biasanya pemeriksaan dilakukan pada malam hari untuk menemukan mikrofilarianya. Lalu sediaan darah dicat dengan Giemsa, sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk mf-nya untuk menentukan spesiesnya. Pengobatan filariasis sampai saat ini yang efektif adalah pemberian DEC (dietil karbamasin). Pencegahan terutama menjaga diri agar tidak digigit nyamuk, dengan memakai kelambu waktu tidur atau menggunakan repelen. Membasmi tempat perindukan nyamuk vektor, namun untuk yang habitatnya di rawa-rawa akan sulit dilakukan. Nematoda jaringan adalah beberapa spesies cacing Nematoda yang hospes yang definitifnya hewan, di mana cacing dewasa hidup dalam usus halus hewan tersebut. Bentuk larvanya yang menginfeksi jaringan tubuh manusia dan menimbulkan masalah penyakit. Tiga jenis cacing tersebut adalah: Trichinella spiralis yang hospes definitifnya adalah babi dan hewan lain (tikus, beruang, anjing liar dll), juga manusia. Habitat cacing dewasa dalam usus halus hospes. Manusia terinfeksi karena makan daging babi yang mengandung sista yang berisi larva di dalamnya. Daging tersebut bila dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka larva akan menetas dalam usus dan menjadi dewasa. Cacing betina yang bersifat vivipar, menghasilkan larva yang akan menembus mukosa usus terbawa aliran darah sampai ke jari

BAB I

PARASITOLOGI

 

Parasitologi : adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang parasit.

Parasit         : adalah organisme yang hidup di dalam organisme lain dan menjadi beban   organisme yang ditumpanginya. Organisme  yang ditumpanginya dikenal sebagai inang atau hospes,

Hubungan antara inang/hospes dengan parasit diklasifikasikan menjadi beberapa jenis hubungan, antara lain :

  1. Parasitosis : adalah hubungan antara 2 organisme dimana satu organisme merusak yang lain dan menyebabkan kerusakan-kerusakan serta menimbulkan gejala klinis.
  2. Parasitiasis : adalah hubungan antara 2 organisme dimana organisme  yang satu merusak dan menimbulkan keadaan patologik tetapi tidak menimbulkan gejala klinis.
  3. Komensalisme : adalah hubungan sepadan dimana satu pihak (parasit) mendapat keuntungan dan pihak lain (inang) tidak dirugikan.
  4. Simbiosis : adalah hubungan antara inang dan parasit yang diperlukan oleh keduanya dan keduanya memperoleh keuntungan.
  5. Mutualisme : serupa dengan simbiosis tetapi hubungan antara parasit dan inang tidak memerlukan keharusan dan inang dapat hidup sempurna tanpa parasit.

Inang/hospes ada 2 macam :

  1. Inang definitive : adalah inang tempat hidup tingkatan parasit dewasa, kehidupan seksual parasit.
  2. Inang perantara : adalah inang tempat hidup tingkatan parasit belum dewasa atau kehidupan aseksual parasit.

Vektor parasit : adalah arthropoda atau invertebrate lainnya yang memindahkan parasit dari satu inang vertebrata ke vertebrata lainnya.

Ada  2 macam vector :

  1. Vektor mekanis : adalah suatu agen pemindah tanpa adanya perubahan perkembangan parasit.
  2. Vektor biologis : adalah suatu agen pemindah dimana dalam agen pemindah tersebut terjadi perkembangan parasit.

Berdasarkan habitatnya,parasit diklasifikasikan menjadi :

  1. Ektoparasit : adalah parasit yang hidup pada bagian luar induk semang
  2. Endoparasit : adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang.

Berdasarkan keeratan ikatan parasit dengan inang/hospesnya serta sifat parasit, maka dikenal :

  1. Parasit obligat : adalah parasit yang memerlukan paling sedikit satu inang untuk menyempurnakan siklus hidupnya.
  2. Parasit fakultatif : adalah organisme yang mampu hidup baik sebagai parasit maupun hidup bebas
  3. Parasit permanen : adalah parasit yang ada didalam atau pada satu inang selama hidupnya.
  4. Parasit temporer : adalah parasit yang sebagian  siklus hidupnya hidup bebas
  5. Parasit periodik : adalah parasit yang menyerang inang untuk waktu yang pendek atau secara periodik untuk mendapatkan makanan.
  6. Hiper parasit : adalah parasit yang hidup pada parasit lain.

HELMINTHOLOGI

Berasal dari bahasa Yunani,  dari asal kata Helminthos yang berarti cacing.

Helmint dibagi menjadi 4 filum :

Platyhelminthes

Nematelminthes

Acantocephala

Annelida

FILUM PLATYHELMINTHES

Ciri-ciri :

  • Pipih dorso ventral dan simetris bilateral
  • Biasanya merupakan cacing hermaphrodit
  • Tidak mempunyai rongga badan
  • Alat ekskresi berupa flame cell
  • Tidak mempunyai sistem respirasi dan sistem peredaran darah
  • Siklus hidupnya indirect
  • Filum ini terbagi menjadi 2 kelas yaitu Cestoda dan Trematoda

Kelas Trematoda

Morfologi  umum:

  • Berbentuk oval atau seperti daun tidak bersegmen
  • Biasanya mempunyai saluran pencernaan yang buntu
  • Memiliki sistem reproduksi hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae

Kelas Cestoda (cacing pita)

Morfologi umum :

  • Bersifat hermaprodit dan merupakan endoparasit.
  • Badannya terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher disebut neck, tubuh disebut strobila, strobila terdiri dari segmen yang disebut juga proglotid
  • Bentuk pipih dan panjang seperti pita

Skoleks biasanya dilengkapi dengan :

  • Rostelum dan kait-kait (hooks)
  • Sucker (alat pengisap) dan kait-kait
  • Rostelum biasanya terdapat di bagian anterior skoleks
  • Sucker terdapat dibagian kaudal skoleks berfungsi sebagai alat pengisap
  • Rostelum mempunyai kait yang terdiri dari 1-2 baris kait yang digunakan untuk menempel pada dinding usus
  • Strobila terdiri dari proglotid yang masing-masing mempunyai alat kelamin jantan dan betina
  • Proglotid tumbuh di bagian posterior skoleks, makin ke posterior makin dewasa/masak, sehingga proglotid yang paling ujung/posterior mengandung uterus yang didalamnya terdapat telur-telur yang masak
  • Telur dikeluarkan bersama proglotid dalam feses inang/hospes
  • Didalam proglotid terdapat pengelompokan telur di dalam kantong-kantong jaringan.
  • Proglotid yang terdapat di luar tubuh akan hancur oleh keadaan sekitarnya dan telur akan keluar.
  • Telur cacing Cestoda berbentuk kompleks, pada kotoran telur terlihat sebagai suatu bahan yang kompak disebut embriofor dan didalam embriofor terdapat embrio yang disebut onkosfer. Didalam onkosfer terdiri dari 6 kait dan telur yang demikian disebut Hexacanth
  • Onkosfer tidak dapat terlepas selama belum mencapai saluran cerna inang antara.
  • Embriofor terdiri atas 2 lapisan yaitu, lapian vitelin dan lapisan kitin.
  • Ditempat predileksi , onkosfer akan berkembang dan masing-masing genus mempunyai perkembangan yang berbeda. Ada 6 cara yang dialami oleh telur selama perkembangannya menjadi larva, antara lain :
    1. Cysticercus
    2. Coenurus
    3. Strobilacercus
    4. Hydatid
    5. Cysticercoid
    6. Plerocercoid

FILUM NEMATHELMINTHES

Morfologi:

  • Bentuk silindrik memanjang dan meruncing pada kedua ujungnya, kecuali Tetrameres betina yang menggelembung setelah kopulasi menjadi bulat pipih
  • Badannya tidak bersegmen, biasanya kutikula dilengkapi dengan gelang-gelang
  • Saluran pencernaan dimulai dari mulut, esofagus, intestin dan berakhir pada anus
  • Mempunyai ekor pendek
  • Terdiri dari cacing jantan dan betina
  • Siklus hidupnya secara direct dan indirect
  • Terbagi menjadi 2 kelas yaitu Nematoda dan Nematomorpha

FILUM ACANTHOCEPHALA

Merupakan cacing parasitik yang biasanya dikenal sebagai ”thorny headed worms” (cacing yang bagian kepalanya berduri)

Ciri-ciri :

  • Tubuhnya silindris dan diapisi dengan kutikula yang tebal
  • Tidak mempunyai saluran pencernaan dan makanan di absorbsi melalui dinding tubuh
  • Bagian anterior tubuh terdapat probosis yang bentuknya silindrik atau oval
  • Siklus hidupnya secara indirect

BAB II

 

KELAS TREMATODA

FAMILI DICROCOELIIDAE

Genus : Eurytrema

Spesies : E. Pancreaticum

Habitat : Saluran pankreas dan kadang-kadang saluran empedu dan duodenum

Inang definitif : Kambing, domba, sapi, kerbau dan manusia

Morfologi :

  • Tubuhnya tebal dan berduri\suckernya besar, oral sucker lebih besar dari ventral sucker
  • Faring kecil dan esofagus pendek\

Siklus hidup

Siklus hidupnya memerlukan 2 inang perantara siput tanah Bradybaena similaris dan Cathaica ravida siboldtiana. Sporokista terjadi didalam tubuh siput, serkaria dihasilkan setelah 5 bulan terinfeksi. Serkaria menempel pada rumput kemudian termakan oleh belalang. Metaserkaria terjadi di dalam hemocoele dan menjadi infektif setelah 3 minggu didalam tubuh  belalang. Inang definitif terinfeksi karena memakan belalang yang biasanya bersama-sama rumput dimana belalang tersebut mengandung metaserkaria . Cacing muda migrasi melalui saluran pankreas.

Genus : Fasciola

Species : F. Hepatica

Habitat : Saluran empedu

Inang definitif : kambing, domba, sapi dan ruminansia lain, babi, kuda, kelinci, anjing, kucing., kanguru gajah dan manuia. Biasanya pada manusia dan kuda, cacing dewasa dapat ditemukan pada paru-paru, dibawah kulit dan tempat lain.

Morfologi :

  • Bentuk seperti daun dengan bagian anterior lebih lebar daripada posterior
  • Ventral sucker terletak sejajar dengan bahu dn besarnya sama dengan oral sucker
  • Kutikula berduri

Siklus hidup Fasciola spp :

  • Telur yang dihasilkan masuk duodenum bersama-sama cairan empedu dan keluar bersama feses penderita (inang definitif).
  • Telur menetas dan menghasilkan larva stadium I (mirasidium). Mirasidium akan berenang mencari siput dan menembus tubuh siput, perkembangan selanjutnya terjadi didalam tubuh siput. Bila mirasidium tidak dapat masuk kedalam tubuh siput, mirasidium akan mati setelah beberapa jam. Inang perantara cacing F. Gigantica di Indonesia adalah Lymnea Javanica (L.rubigenosa), karena di Indonesia tidak ditemukan siput yang cocok sebagai hospes perantara F.hepatica, maka trematoda tersebut tidak ditemukan di Indonesia, kecuali pada sapi impor.
  • Mirasidium biasanya mencari siput muda, kemudian dengan menggunakan enzim proteolitik yang dikeluarkan untuk menembus jaringan tubuh siput, kemudian mirasidium melepaskan silia dan berkembang menjadi sporokista. Tiap-tiap sporokista akan membentuk 5-8 redia dan berkembang maksimum.
  • Redia keluar dari sporokista menjadi redia I, didalam redia terdapat redia anak yang mempunyai bentuk yang sama dengan redia I.
  • Redia anak berkembang selanjutnya menjadi serkaria. Bentuk serkaria menyerupai bentuk cacing dewasa dan serkaria akan keluar dari tubuh siput bila ada rangsangan sinar.
  • Kemudian serkaria akan berenang dalam air, bila serkaria tidak segera termakan oleh  inang definitif, maka serkaria akan menempel pada rumput tepi kolam/sungai. Infeksi akan terjadi apabila inang definitif memakan rumput atau minum air yang terkontaminasi oleh serkaria/ metaserkaria.
  • Didalam duodenum, serkaria keluar dari kistanya, menembus dinding usus masuk rongga peritoneum kemudian menembus kapsula hati. Dapat pula melalui ductus choleducus lalu menembus kapsula hati ke parenkim hati kemudian kesaluran empedu untuk berkembang menjadi cacing dewasa.
  • Masa prepaten (mulai masuknya metaserkaria sampai terdapatnya telur didalam feses penderita) kurang lebih 2-3 bulan.

Spesies : Fasciola gigantica

Merupakan parasit asli Indonesia, sedangkan F. Hepatica masuk ke Indonesia kemungkinan bersama-sama sapi perah Frissian Holland yang diimpor dari Belanda

Morfologi:

  •  Berwarna lebih terang (transparan)
  • Bahu tidak begitu nyata
  • Habitat, inang definitif dan siklus hidup sama dengan F. Hepatica

FAMILI PARAMPHISTOMATIDAE

Genus : Paramphistomun

Spesies : P. cervi

Habitat cacing dewasa : rumen dan retikulum kambing, domba dan sapi

Morfologi :

  • Warna merah muda pada waktu masih hidup
  • Merupakan conical fluke cacing mengerucut yang bentuknya seperti buah pear
  • Mempunyai sucker yang besar dibagian subterminal posterior

Genus : Cotylophoron

Spesies : C. Cotylophorum

Habitat : rumen, retikulum kambing, domba, sapi, ruminansia lain

Morfologi :

  • Mirip dengan P.cervi

Genus : Gastrothylax

Spesies : G. Crumenifer

Habitat : rumen domba, sapi zebu, kerbau di India, Srilangka dan China

Morfologi : Cacing dewasa berwarna merah muda pada waktu masih hidup

Genus : Gigantocotyle

Spesies : G. Explanatum

Habitat : saluran empedu, kandung empedu dan duodenum sapi dan kerbau

Morfologi : bentuk seperti kerucut dengan salah satu ujung lancip dan ujung lainnya melebar

Genus :Gastrodiscus

Spesies : G. Aegyptiacus

Habitat : usus halus dan usus besar bangsa kuda, babi di Africa dan India

Morfologi :

  • Warna merah muda
  • Bentuk tubuhnya seperti mangkok

Siklus Hidup Famili Paramphistomatidae

  • Mirasidium yang bebas akan berenang di air dan akan masuk ke dalam siput air.
  • Perkembangan didalam tubuh siput, mirasidium pada saat penetrasi melepaskan silia kemudian membentuk sporokista.
  • Sporokista matur mengandung 8 redia pada tiap sporokista.
  • Redia dibebaskan 11 hari setelah infeksi dan pada hari ke 21 redia mengandung 15-30 serkaria.
  • Serkaria akan keluar apabila terkena sinar matahari, serkaria yang keluar mempunyai ekor pedek dan 2 pasang eye spots.
  • Serkaria menjadi metaserkaria. Infeksi inang definitif karena memakan metaserkaria bersama rumput/tanaman air.

FAMILI : PARAGONIMIDAE

Genus : Paragonimus

Spesies : P. Westermanii

Merupakan cacing paru-paru (Lung Fluke)

Habitat : paru-paru kadang-kadang pada otak, spinal cord dan organ-organ lain

Inang definitif : babi, anjing, kucing, kambing, sapi, carnivora liar, bangsa musang dan juga manusia.

Morfologi :

  • Cacing dewasa berwarna merah kecoklatan, ukuran dan bentuknya seperti biji kopi
  • Kutikulanya berduri
  • Vittelaria berlimpah-limpah berwarna kecoklatan, uterus berkelok-kelok diisi oleh telur-telur berwarna coklat.

Siklus Hidup

  • Cacing dewasa hidup didalam kista pulmonalis pada dinding fibrosa. Didalam rongga kista terdapat 1 atau 2 caing dewasa bahkan 6 cacing dewasa. Telur dikeluarkan oleh cacing dewasa didalam kista. Telur kemudian keluar melalui bronki pada waktu kista pecah.
  • Biasanya telur keluar bersama mukus atau sputum yang mempunyai batuk yang khas seperti karat besi, tetapi apabila telur-telur tersebut tertelan kembali, dapat dikeluarkan bersama feses penderita.
  • Telur yang berada di air berkembang menjadi embrio.
  • Mirasidium yang menetas berenang di dalam air dan mencari inang perantara I , siput air.
  • Di dalam tubuh siput, mirasidium mengadakan penetrasi secara aktif kemudian migrasi kedalam jaringan limfatik atau didalam otot dan organ respirasi (bronki)
  • Mirasidium menjadi sporokista yang masing-masing redia berkembang menjadi serkaria.
  • Serkaria dilengkapi dua ekor pendek kemudian mencari inang perantara II jenis kepiting dan bangsa udang
  • Pada inang perantara II serkaria mengadakan penetrasi secara aktf. Metaserkaria kemudian terbentuk dan membentuk kista pada jantung, otot, organ-organ respirasi dan  hati.
  • Inang definitif terinfeksi karena memakan bangsa crustacea yang mengandung parasit yang dimakan mentah atau kurang masak.

FAMILI SCHISTOSOMATIDAE

Genus Schistosoma

Spesies : S. Japonicum

Habitat : cacing dewasa didalam vena porta dan vena mesenterica

Inang definitif : manusia, sapi, kuda, domba, kambing, anjing, kucing

Inang perantara : Oncomelania nosophora di Jepang dan China, O. Formosa di pulau Formosa (Taiwan), O.hupensis di China dan O.hupensis lindoensis di sulawesi

Morfologi :

  • Cacing jantan mempunyai kurang lebih 10 testis.
  • Cacing betina berwarna lebih tua
  • Bentuk telurnya oval/ovoid, mempunyai tonjolan seperti kait/duri pada salah satu ujungnya . Telur dikeluarkan bersama tinja/feses penderita.

Siklus Hidup

  • Mirasidium mencari inang perantara yang cocok untuk berkembang menjadi sporokista I dan II. Sporokista II membentuk banyak serkaria berekor cabang yang keluar dari tubuh siput dan berenang didalam air.
  • Infeksi pada inang definitif  terjadi karena adanya kontak dengan air yang terkontaminasi oleh serkaria dan serkaria dapat melakukan penetrasi melalui kulit, kemudian mencapai pembuluh darah dan mencapai organ yang disukai.

Spesies : S. Bovis

Habitat : vena porta dan vena meseterica

Inang definitif :sapi, kambing, domba dan kadang-kadang kuda

Morfologi:k

  • Permukaan tubuh cacing jantan terdapat tuberkel kecil pada kutikulanya
  • Cacing jantan mempunyai testis 3-6 buah terletak longitudinal,sejajar dibagian belakang ventral sucker
  • Tubuhnya berbentuk memanjang dan terdapat spina dibagian terminalnya
  • Inang perantaranya siput dari famili Bulinidae

Spesies : S. Spindale

Habitat : vena mesenterica

Inang definitif : sapi, kambing, domba, anjing dan zebu

Inang perantara : siput dari famili planorbidae dan Lymnaeidae : Planorbis spp, indoplanorbis exustus, lymnea acuminata dan L. Luteola

Morfologi”

  • Cacing jantan mempunyai testis 3-7 buah
  • Telur berbentuk memanjang dan mempunyai spina dibagian lateral

Pesies : S. Incognitum sama dengan S.suis

Habitat : vena mesenterica

Inang definitif : babi ,anjing dan bangsa tikus

Inang perantara : L.luteola dan L.rubigenosa

Morfologi :

  • Telurnya berwarna kuning kecoklatan,berbentuk subovoid dengan salah satu sisi datar , kecil, dengan dilengkapi spina dibagian lateral.

Spesies :  S.mekongi

Habitat : v.mesenterica dan v.porta

Inang definitif : anjing, kadang-kadang manusia

Inang perantara : famili Triculinae, genus tricula (Lytoglyphosis dan genus Robertsiella)

Spesies : S.nasale

Habitat : v. Mukosa nasalis sapi, kambing, domba dan kuda

Inang perantara : L.exuxtus dan L.luteola

Spesies : S. Indicum

Habitat : v. Porto mesenterica sapi, kambing, kuda,  rusa

Inang perantara : L.exustus

BAB III

CESTODA

FAMILI ANOPLOCEPHALIDAE

Ciri-ciri :

  • Tidak mempunyai rostellum dan hooks
  • Proglotid biasanya lebih lebar dari pada panjang
  • Masing-masing proglotid mempunyai 1 atau 2 pasang alat kelamin
  • Genital pore terletak ditepi
  • Testis terdapat dalam jumlah banyak
  • Pada uterus terdapat kumpulan telur didalam kantong dan telur dikeluarkan satu persatu atau lebih
  • Masing-masing telur dikelilingi oleh 3 lapisan, yang  yang paling luar adalah vittelin membran, lapisan tengah albuminous membrane, lapisan dalam chitine membrane.
  • Bentuk telur mirip buah pear yang dilengkapi sepasang hooks /kait yang bersilang satu dengan lainnya dan struktur ini disebut piriform apparatus.
  • Inang perantara : mites dari famili Oribatidae.

Genus: Moniezia

Spesies : M. Expansa

Habitat : usus halus domba, kambing, sapi dan bangsa ruminansia lain

Morfologi:

  • Segmen lebih lebar dari panjang dan tiap-tiap segmen mengandung 2 genital organ
  • Ovarium dan vittelin gland berbentuk cincin pada kedua sisi, di sebelah medial ke arah longitudinal terletak excretory canals
  • Testis tersebar dibagian sentral atau berkumpul dikedua sisi
  • Ditepi posterior tiap-tiap proglotid terdapat 1 deret interglottidal gland tersusun seperti cincin-cincin kecil
  • Telur berentuk segitiga mengandung pyriform apparatus

Spesies : Moniezia benedini

Habitat : usus halus ruminansia terutama pada sapi

Perbedaannya dengan M.expanza terletak pada ”

  1. M.benedini lebih esar dari pada M.expanza (lebarnya dapat mencapai 2,6 cm)
  2. Interproglottidal glands tersusun pendek da berderet rapat pada bagian tengah segmen

Siklus Hidup Moniezia:

    • Telur cacing dikeluarkan bersama feses penderita (host) satu persatu atau dalam keadaan berkelompok dalam segmen yang terlihat sebagai butiran-butiran beras.
    • Bila segmen dimakan oleh famili Oribatidae maka dindingnya akan sobek dan seluruh telur termakan oleh mites tersebut.
    • Dalam mite oncosphere akan tumbuh membesar dan mencapai jumlah 14 sel. Setelah 8 minggu oncosphere mempunyai 12 kait.
    • Pada minggu ke 15 akan menjadi sistiserkoid.

FAMILI DAVAINEIDAE

Genus : Davainea

Spesies : D. Proglotina

Habitat : wilayah duodenum dari usus halus

Inang definitif : ayam, burung merpati dan burung lainnya

Morfologi :

  • Terdiri dari 4-9 proglotid
  • Pada rostellum terdapat 80-94 kait
  • Sucker mempunyai berapa kait kecil berderet dan mudah lepas
  • Genital pore teletak selang-seling secara teratur
  • Telur terletak satu persatu dalam parenkim segmen yang mature

Siklus Hidup

  • Segmen yang matur dikeluarkan dalam feses induk semang dan telur yang menetas termakan oleh siput dari genus Limax, Arion, Cepoa dan Agriolimax.
  • Setelah telur atau segmen tercerna didalam saluran pencernaan intermediate host, larva cacing menembus dinding usus masuk rongga perut dan setelah 3 minggu akan berubah bentuk menyerupai kantong disebut sistiserkoid dan skolek mengalami invaginasi.
  • Unggas terinfeksi karena memakan siput yang terinfeksi, setelah sistiserkoid tercerna didalam saluran pencernaan unggas, skolek segera keluar dari dalam kista lalu menempel pada dinding saluran usus
  • Kemudian mulai membentuk leher dan segmen yang memerlukan waktu kurang lebih 14 hari untuk menjadi dewasa.

Genus : Railiettina

Spesies : R.tetragona

Morfologi :

  • R.tetragona merupakan cacing pita ayam.
  • Lehernya tipis dan skolek kecil yang  dilengkapi dengan 100 kait kecil terdapat dalam 1 deret rostellum
  • Bentuk sucker oval dilengkapi dengan 8-10 deret kait kecil yang mudah terlepas
  • Setiap kantong telur mengandung 6-11 telur
  • Kantong telur meluas kebagian lateral sampai saluran pengeluaran
  • Inang perantara : Musca domestica dan bangsa semut dari genus Tetramorium dan Pheidole

Siklus Hidup

  • Mirip Davainea, hanya inang perantara yang dibutuhkan berbeda.
  • Larva dalambentuk sistiserkoid, unggas terinfeksi karena memakan inang perantara yang mengandung sistiserkoid

Spesies : R. Echinobothrida

Habitat : usus halus bangsa unggas

Morfologi :

  • Bentuk dan ukuran mirip R.tetragona
  • Rostellum dilengkapi 200 kait pada 2 deret dan sucker dilengkapi dengan 8-10 deret kait
  • Skolek mempunyai lengan yang kuat dan sucker berbentuk sirkular
  • Genital pore unilateral, tetapi kadang-kadang selang-seling
  • Segmen yang gravid sering terrpisah ditengah
  • Inang perantara : Tetramorium caespitum

Siklus Hidup

  • Mirip dengan Davainea, hanya inang perantara yang dibutuhkan berbeda.
  • Larva dalam bentuk sistiserkoid, unggas terinfeksi karena memakan inang perantara yang mengandung sistiserkoid

Spesies : R. Cesticillus

Habitat : usus halus ayam, burung mutiara, kalkun

Cacing dari spesies ini sering ditemukan pada peternakan ayam

Morfologi :

  • Panjang cacing 13 cm dan lebar 2mm, namun biasanya tak lebih dari 4 cm
  • Cacing mudah dibedakan dengan spesies lain karena tidak mempunyai leher dan skoleknya besar yang dilengkapi dengan rostellum yang lebar dan terdapat 400-500 kait
  • Telur berkapsul dan tiap-tiap kapsul mengandung 1 telur.
  • Inang perantara : M.domestica dan kumbang

Siklus Hidup

  • Mirip dengan Davainea, hanya inang perantara yang dibutuhkan bereda
  • Larva dalam bentuk sistiserkoid, unggas terinfeksi karena memakan inang perantara yang mengandung sistiserkoid

FAMILI DILEPIDIDAE

Genus Dypilidium

Spesies : D.caninum

Habitat : usus halus anjing, kucing, srigala dan kadang-kadang manusia

Inang perantara : pinjal anjing, kucing, manusia dan kutu anjing.

Morfologi :

  • Panjang mencapai 50 cm dan biasanya berwarna merah muda atau ekuning-kuninagan
  • Proglotid yang matur dan gravid mempunyai bentuk khas oval seperti biji mentimun
  • Rostellum dilengkapi dengan 3-4 baris kait kecil yang bentuknya seperti mawar (Rose thorn)
  • Tiap segmen mempunyai 2 pasang organ genital. Testisnnya banyak yang tersebar diseluruh parenkim dari segmen.
  • \Ovari dan vitelin gland menggerombol pada dua sisi seperti buah anggur
  • Pada segmen gravid terletak telur-telur dalam kapsul,  tiap kapsul mengandung 20 telur

Siklus Hidup

  • Segmen masak dikeluakan bersama feses atau mungkin keluar secara spontan. Kadang-kadang segmen yang masak merayap secara aktif dan meletakkan telurnya disekitar anus atau perineal.
  • Inang perantara terinfeksi karena tertelannya telur oleh larva pinjal dan sistiserkoid berkembang didalam tubuh pinjal sampai pinjal dewasa.
  • Inang definitif tertular karena termakannya pinjal yang mengandung sistiserkoid, sedangkan pada manusia biasanya menyerang anak-anak, kemungkinan secara accidental terjadi karena anak-anak bermain terlalu erat dengan anjing dan kucing

FAMILI TAENIIDAE

Ciri-ciri :

  • Merupakan cacing pita berukuran besar
  • Segmen gravid lebih panjang daripada lebarnya
  • Rostellum dilengkapi dengan 2 deret kait besar dan kecil yang bentuknya khas
  • Terdapat genital  pore yang terletak selang-seling tak teratur
  • Testis terdapat dalam jumlah banyak
  • Stadim larva berupa sistiserkus, coenurus dan hydatid cyst.

Genus : Taenia

Species : T. Solium

Parasit ini penting dalam dunia kedokteran hewan karena stadium larva terdapat pada anjing dan babi

Habitat : usus halus manusia

Morfologi :

  • Panjang cacing 3-5 m kadang-kadang mencapai 8 m
  • Rostellum  dilengkapi dengan 22-32 kait pada 2 deret, besar dan kecil
  • Telur bulat dengan dinding kasar
  • Segmen gravd maing-masing mengandung 40.000 telur yang seing terlepas bersama-sama dengan feses penderita
  • Cacing dapat hidup pada manusia selama 25 tahun atau lebih

Siklus Hidup

  • Pada waktu telur termakan oleh babi maka hexacanth embryo keluar dari telur setelah sampai di usus halus , permulaan mekanismenya adalah oncosphere yang dibebaskan sebagai akibat dari proses pencernaan. Setelah onkosfer dpnenaskan , kemudian bergerak  kebebrapa tempat.
  • Selanjutnya embrio keluar dari membra onkosfer dan mengadakan penetrasi pada dinding usus, akhirnya onkosfer masuk ke pembuluh darah subnukosal dan dibawa aliran darah ke liver dan tersebar ke seluruh tubuh.
  • Pada T.solium predileksi sistiserkus pada otot bergaris, tetapi dapat juga berkembang pada organ-organ lain seperti paru-paru, liver, ginjal atau otak. Bentuk sistiserkus ini disebut cysticercus cellulosae.
  • Manusia dapat terinfeksi karena memakan daging kurang masak yang mengandung sistiserkus. Disamping babi,hewan lain yang dapat bertindak sebagai inang perantara adalah domba, kambing, sapi  dan bermacam-macam ruminansia lain , kuda, anjing, beruang dan kera. Tetapi sistiserkus dapat juga dijumpai pada manusia, karena tertelannya telur bersama makanan yang terkontaminasi karena kebiasaan tanpa mencuci tangan sebelum makan.
  • Sistiserkus pada manusia dapat dijumpai pada pelbagai organ tubuh manusia, tetapi umumnya ditemukan pada jaringan subkutan, mata dan otak. Sehingga manusia dapat bertindak  sebagai inang definitif dan inang perantara
  • Pada babi sistiserkus berkembang lengkap selama 10 minggu, setelah 2 bulan cacing gelembung aktif, ditandai dengan sucker dan kait berkebang baik. Perkembangan optimal sistiserkus yaitu memiliki skolek mirip dengan cacing dewasa .
  • Pemeriksaan daging, kista berumur  lebih dari 6 minggu sudah dapat terlihat jelas. Sistiserkus dtemukan pada otot-otot jantung, otot lidah, lengan, bawah paha dan leher. Lama hidupC. Cellulosae diperkirakan dapat bertahan 1 tahun atau lebih.

Genus Taenia

Species : T. Saginata

Sinonim : Beef tape worm

Indk semang definitive : manusia

Induk semang antara : sapi, kerbau, jerpah dan llama

Habitat : usus halus manusia, sapi merupakan inang antara sebagai tempat hidup cacing gelembungnya (sistiserkus)

Morfologi :

  • Panjang cacing 4-8 m
  • Skoleks tidak dilengkapi dengan rostellum dan kait tetapi dilengkapi 4 buah hemispherical suckers yang terletak pada tiap sudut skoleks. Tiap cacing terdiri dari 1000-2000 segmen
  • Uterus garavid mempunyai cabang antara 15-3 pada tiap sisinya dan cabang-cabang itu ada pula yang bercabang lagi
  • Segmen gravid masing-masing mengandung 100.000 telur yang sering terlepas bersama-sama feses penderita
  • Cacing dapat hidup pada manusia selama 5-7 tahun

Siklus Hidup

  • Bila manusia penderita yang dalam fesesnya mangandung T.saginata di tempat terbuka, segmen cacing yang keluar bersama feses akan merayap ke rumput disekitarnya, sehingga dapat tertelan oleh sapi.
  • Selanjutnya telur yang matur tertelan oleh sapi sebagai inang antara, maka dalam duodenum telur menetas menjadi onkosfer, yang selanjutnya mengadakan penetrasi ke dinding usus, mencapai vena mesenterica atau saluran limfe dan ikut aliran darah sampai ke jaringan otot bergaris terutama m. Masseter. M.pterygoideus, myocardium dan diafragma.
  • Cacing gelembung (cysticercus inermis=c.bovis=bladder worm) yang matang dicapai dalam waktu 18 minggu pasca infeksi, berbentuk lonjong atau bulat, berwarna putih susu, ada dalam jaringan ikat intermuskuler, dibungkus oleh selaput dari jaringan ikat.
  • Daging sapi yang mengandung c.bovis merupakan sumber infeksi T.saginata

FAMILI DIPHYLLOBOTRIIDAE

Genus : Diphyllobothrium

Spesies: D.latum

Habitat : usus halus manusia, anjing, babi, kucing dan hewan lain pemakan ikan

Morfologi :

  • Panjang 2->10m
  • Terdiri dari >3000segmen
  • Pada waktu fresh berwarna kuning abu-abu dan ditengahnya berwarna gelap disebabkan danya uterus dan telur
  • Bentuk skolek memanjang dilengkapi bothria disebelah dorsal dan ventral
  • Lehernya bisa memanjang dan memendek bila kontraksi.
  • Telur berwarna coklat muda, mempunyai operkulum didapatkan pada feses induk semang

Siklus Hidup

  • Telur berkembang selama beberapa minggusetelah keluar dari tubuh induk semang. Coracidium siap menetas didalam air. Coracidium mengandung onkosfer yang mengandung 6 kait yang ditutup oleh embriofor yang bersilia. Corasidium yang berenang dalam air akan termakan oleh bangsa krustacea/copepod.
  • Didalam air tubuh larva stadium I yang disebut procercoid tumbuh dalam waktu 2-3 minggu. Jika Copepod termakan oleh ikan air tawar (salmon fish) sebagai inang perantara II, maka procercoid mengadakan penetrasi melalui inding usus halus menuju otot atau organ lain dan akan berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid ini bentukya memanjang berisi larva dengan kepala menyarupai cacing dewasa.
  • Inang definitif terinfeksi karena memakan ikan mentah/kurang masak.

Spesies : D.mansoni

  • Ditemukan pada usus anjing dan kucing
  • Telur ditemukan dari proglotid yang masak, akan berkembang jika diletakkan di air yang bersih dan tidak mengalir. Telur akan menetas dalam waktu 10-28 hari
  • Saat embrio tertelan bangsa Cyclops, secara cepat akan penetrasi pada rongga tubuh dan berkembang menjadi procercoid pada waktu 3 minggu
  • Sewaktu stadia tersebut termakan dan masuk kedalam rongga peritoneum tikus, mencit, kera  dan katak bentuknya akan berubah menjadi masak dan bentuknya menjadi spargana. Apabila hewan-hewan tersebut termakan oleh anjing dan kucing, stadiumnya akan berkembang menjadi cacing dewasa.

BAB  IV

NEMATODA

 

Ciri-ciri:

Pada umumya cacing jantan mempunyai caudal alae atau copulatory bursa

ORDO ASCARIDIA
SUPERFAMILI : ASCARIDOIDEA

Ciri-ciri :

  • Merupakan nematoda besar
  • Mulut dikelilingi oleh 3 bibir besar
  • Tidak mempunyai bukal kapsul
  • Esofagus biasanya tidak mempunyai posterior bulb
  • Ekor cacing betina tumpul dan cacing jantan ekornya berbelok-belok
  • Terdapat 2 spikula pada cacing jantan
  • Intestin mempunyai sekum
  • Siklus hidup direct dan indirect

FAMILI ASCARIDIDAE
Genus : Ascaris

Species : A. Suum, A. Lumbricoides varietas suum

Habitat : usus halus

Host definitive :Babi,kadang-kadang ditemukan pada domba, sapi, anjing dan manusia

Morfologi :

  • Cacing jantan panjang 15-25 cm, etina 41 cm
  • Kutikula relatif tebal
  • Cacing jantan dilengkapi spikula panjangnya 2 mm

Siklus Hidup

  • Cacing betina menghasilkan kurang lebih 200.000 telur perhari
  • Telur keluar bersama tinja, kemudian berkembang menjadi larva stadium II tanpa menetas. Larva stadium II ini adalah stadium infektif.
  • Infeksi terjadi karena babi makan makanan yang mengandung telur infektif atau telur infektif yang melekat pada puting susu induknya tertelan anak babi,
  • Setelah telur termakan kemudian menetas didalam usus halus dan larva menembus dinding usus. Larva kemudian ke liver/ , kemudian ke jantung, paru-paru, limpa dan ginjal.
  • Sebagian besar larva moulting menjadi larva stadium III , pada saat ini larva banyak tinggal didalam liver dan ada yang didalam paru-paru
  • Larva yang terdapat pada paru-paru akan keluar dari kapiler menuju alveoli kemudian menuju bronkioli, bronkus dan trakea. Kemudian  ke faring dan tertelan. Larva stadium III akhirnya sampai ke usus.
  • Di usus larva moulting menjadi larva stadium IV, kemudian moulting menjadi larva stadium V atau cacing muda, setelah itu  berubah menjadi cacing dewasa pada hari ke 50-55 setelah infeksi
  • Telur ditemukan pada feses pada hari ke 60-62 setelah infeksi.

Genus: Parascaris

Species : P.equorum=Ascaris megalocephala=Ascaris equorum

Habitat : usus halus bangsa kuda, termasuk zebra dan terdapat pada sapi

Morfologi :

  • Panjang cacing jantan15-28 cm, cacing betina 50 cm
  • Cacing kaku, kuat dan kepalanya besar. Mempunyai tiga bibir yang dipisahkan oleh tiga bibir intermediate kecil.
  • Ekor jantan mempunyai lateral alae yang kecil

Siklus hidup mirip dengan A.suum

Genus :Toxocaris

Species : Toxocaris leonine=Toxocaris limbata

Habitat : usus halus anjing, kucing, bangsa canidae dan felidae liar

Morfologi :

  • Panjang cacing jantan 7 cm, panjang cacing etina 10 cm
  • Bagian anterior tubuh dilengkapi dengan cervical alae(pelebaran kutikula) yang besar dan bengkok

Siklus Hidup :

  • Telur infektif mengandung larva stadium II. Pada kondisi optimal di luar tubuh host stadium infektif dapat dicapai 3-6 hari.
  • Bila telur infektif termakan bersama makanan/minuman, setelah sampai di usus larva stadium II masuk  dinding usus dan tinggal di usus sampai menjadi larva stadium IV, kemudian menuju mukosa dan lumen usus.
  • Larva stadium V dicapai pada minggu keenam kemudian akan menjadi cacing dewasa dan menghasilkan telur setelah 74 hari infeksi
  • Larva tidak mengalami migrasi, hal ini yang membedakan dengan Toxocara canis.

Genus: Toxocara

Species : Toxocara canis

Habitat : usus halus anjing dan srigala

Morfologi :

  • Panjang cacing jantan 10 cm, betina 18 cm
  • Mempunyai cervical alae (pelebaran kutikula)besar
  • Tubuh bagian anterior membengkok ke ventral
  • Cacing jantan mempunyai terminal tail, caudal alae dan spikula

Siklus Hidup

Siklus hidup T. Canis kompleks, tergantung umur induk semang, kemungkinan meliputi prenatal transmission (trans uterin), lactogenic transmission (colostral), direct transmission dan bisa paratenic host transmission

  1. Pada anjing umur beberapa minggu sampai menjelang 3 bulan umumnya terjadi tracheal migration. Bila telur tertelan oleh anjing, telur akan menetas pada usus. Kemudian larva stadium II menembus dinding usus melali pembuluh limfe, akhirnya sampai ke liver, jantung, paru-paru, alveoli, brinkioli, sampai ke trakea, kemudian tertelan  dan sampai pada lambung. Larva stadium III terjadi di paru-paru, trakea dan esofagus. Sedangkan larva stadium IV terjadi di usus halus, selanjutnya menjadi larva stadium V dan stadium dewasa dicapai 3-4 minggu setelah infeksi. Bila telur infektif ditelan oleh anjing jantan dari segala umur perkembangan akan berlangsung seperti diatas.
  2. Tipe siklus hidup lainnya yang sering te rjadi adalah somatic migration. Tipe ini ditunjukkan ketika telur infektif T.canis tertelan oleh anjing betina dewasa. Disini larva tidak kembali ke usus untuk menjadi dewasa melainkan tetap tinggal di otot atau jaringan lain tanpa berkembang lebih lanjut sampai anjing betina bunting. Bila anjing dewasa tersebut bunting, larva-larva tersebut migrasi ke uterus kemudian masuk fetus, sehingga terjadi prenatal infection. Pada prenatal infection setelah  larva sampai pada liver fetus terjadi moulting menjadi larva stadium III, kemudian moulting lagi menjadi larva stadium IV pada minggu pertama setelah fetus lahir dan larva terdapat pada paru-paru dan lambung fetus. Pada minggu kedua setelah lahir terjadi moulting menjadi larva stadium V dan cacing dewasa ditemukan pada minggu ketiga setelah lahir.
  3. Pada anjing bunting sebagian larva migrasi ke ambing dan keluar melalui air susu, sehingga terjadi penularan pada anak anjing melalui air susu (colostral infection/transmammary infection). Larva yang keluar bersama-sama kolostrum akan berkembang langsung menjadi cacing dewasa pada usus anak anjing dalam waktu seminggu setelah lahir.
  4. Pada waktu menyusui induk anjing suka menjilat-jilat. Bila kebetulan cacing belum dewasa keluar bersama tinja anak anjig lalu tejilat dan tertelan induknya maka cacing tersebut langsung menjadi dewasa dalam waktu 3 minggu.
  5. Telur yang tertelan oleh induk semang paraternis,seperti tikus dan mencit, maka larva akan tinggal di otot. Bila tikus tersebut termakan oleh anjing maka larva aka langsung menjadi dewasa dalam waktu 3 minggu, tanpa migrasi lagi.
  6. Dalam induk semang paraternis beberapa larva menyelesaikan migrasi trakhealnya dan kembali ke usus untuk dikeluarkan bersama tinja. Bila larva ini tertelan oleh anjing maka menjadi dewasa dalam waktu 3 minggu tanpa migrasi lagi. Larva dalam jaringan somatic tahan hidup lebih dari setahundan tidak dimobilisir sekaligus dalam satu kali kebuntingan.

Spesies : Toxocara cati=Toxocara mystax

Habitat : usus halus kucing dan bangsa kucing liar

Morfologi :

  • Cervical alae sangat lebar dan bergaris
  • Panjang cacing jantan 3-6 cm dan cacing betina 4-10 cm

Siklus Hidup

  • Infeksi terjadi karena termakannya telur infektif (mengandung larva stadium II)
  • Dua hari pertama larva ditemukan pada dinding lambung, hari ketiga pada paru-paru dan liver, hari kelima ditrakea, pada hari ke 10 sudahdi lambun kembali. Sebagian larva tertinggal di paru-paru.
  • Larva stadium III terjadi pada dinding lambung, stadium IV pada lumen lambung, dinding usus dan lumen usus. Selanjutnya menjadi cacing dewasa.
  • Larva stadium II juga dapat ditemukan pada otot tikus, cacing tanah, kecoak, ayam, domba yang memakan telur infektif

Spesies : Toxocara vitulorum

Habitat : usus halus sapi, zebra dan kerbau

Morfologi :

  • Pajang cacing jantan sampai25 cm, diameter 5 mm
  • Panjang cacing betina 30 cm, diameter 6 mm
  • Kutikula tipis dan terlihat transparan
  • Terdapat 3 bibir

Siklus Hidup

Mirip denhan Toxocara canis . Terjadi somatic migration pada jaringan. Bisa terjadi tracheal migration, prenatal migration dan lactogenic infection.

SUPERFAMILI OXYUROIDEA

FAMILI OXYURIDAE

Genus : Oxyuris

Spesies : Oxyuris equi=o.curvula=O.mastigodes

Habitat :usus besar

Induk semang : kuda

Siklus Hidup

  • Panjang cacing jantan antara 9-12 mm dan panjang cacing betina 150 mm
  • Cacing jantan mempunyai satu spikula yang menyerupai jarum, sedangkan pada ekornya terdapat dua pasang papil yang besar dan beberapa papil kecil
  • Cacing betina muda berwarna putih tampak melengkung dan relatif pendek ekornya
  • Pada cacing betina dewasa berwarna abu-abu sampai kecoklat-coklatan, ekor sempit dan panjang 3x tubuh

Siklus Hidup

  • Caing betina dan jantan muda berhabitat di sekum dan colon crassum, setelah fertilisasi cacing betina dewasa menuju rektum dan merangkak ke anus dengan bagian anterior tubuh mengarah ke anus. Telur diletakkan dalam bentuk kluster didaerah perineal.
  • Infeksi terjadi karena menelan telur infektif pada rumput, pakan dan dikandanynya. Larva infekti terbebas dalam usus halus dan stadium III terbentuk didalam kripta dari ukosa kolon bagian ventral dan sekum.
  • Larva stadim IV mempunyai bukal kapsul dan terbenam didalam mukosa.
  • Alat-alat sexnya masak pada stadium dewasa yang dicapai antara 4-5 bulan setelah infeksi.

SUPERFAMILI SUBULUROIDEA

FAMILI: HETERAKIDAE

Genus : Hterakis

Spesies : Heterakis gallinarum=Heterakis papillosa=Heterakis vesicularis=Heterakis gallinae

Habitat : sekum ayam kalkun, itik, angsa, dan sejumlah burung lainnya

Morfologi :

  • Terdapat lateral alae yang besar disamping tubuhnya yang meluas ke posterior
  • Esofagus bagian posterior membentuk bukbus
  • Ekor cacing jantan dilengkapi alae yang besar, menonjol dan sirkuler, terdapat precloacal succer dan 12 pasang papillae
  • Spikula tidak sama, sebelah kanan langsing, sedangkan yang kiri mempunyai alae yang lebar

Siklus Hidup :

  • Telur berkembang diluar tubuh dan mencapai stadium infektif
  • Apabila induk semang menelan telur infektif, telur akan menetas di intestin. Dalam waktu 4 hari cacing muda berada dekat dengan sekum dan beberapa luka terjadi di epithel glandula.
  • Setelah itu moulting menjadi larva stadium III,  kemudian stadium IV sepuluh hari sesudah infeksi, 15 hari sesudah infeksi menjadi stadium V.
  • Cacing tanah mungkin dapat bertindak sebagai vektor larva stadium II ditemukan didalam tubuh cacing tanah, infeksi terjadi apabila unggas menelan cacing tanah yang mengandung larva.

Genus : Ascaridia

Spesies : Ascaridia galli=Ascaridia lineata=Ascaridia perspicillum

Habitat : usus halus unggas, ayam belanda, angsa dan berbagai burung liar

Morfologi :

  • Terdapat 3 bibir besar dan esofagus tidak mempunyai posterior bulb
  • Ekor cacing jantan mempunyai alae kecil

Siklus Hidup

  • Telur  berkembang di luar tubuh host dan mencapai stadium infektif kurang lebih 10 hari
  • Cacing tanah dapat memakan telur cacing kenudian cacing tanah termakan unggas (transmitter mekanis).
  • Telur menetas dalam usus halus hospes, larva tinggal 8 hari dalam mukosa usus halus, kemudian ke lumen dan mencapai dewasa.

ORDO RHABDITIDA

FAMILI STRONGYLOIDIDAE

Genus Strongyloides

  • Genus ini merupakan parasit pada hewan ternak
  • Bentuk parasitik ada yang mampu parthenogeneti dan telurnya bisa tumbuh di luar induk semang,langsung menjadi larva yang infektif dari seagian generasi parasit atau menjadi generasi hidup bebas baik jantan maupun betina
  • Esofagus pada free living generation berbentuk rhabditiformes
  • Esofagus dari parasitic generation tidak Rhabditiform tetapi berbentuk cylindrical, tanpa posterior bulb, atau dengan perkataan lain filariformes
  • Larva infektif dari generasi parasitic dapat menembus langsung kulit induk semang dan melalui aliran darah menuju paru-paru dari sana menuju trakea menuju faring dan usus halus
  • Bentuk parasitic cacing dewasa ditandai dengan genital organ pada betina dan esophagus relative panjang

Spesies : Strongyloides papillosus

Habitat : usus halus domba, kambing, sapi, kelinci dan ruminansia liar

Morfologi :

Telur mempunyai ujung yang tumpul dan berdinding tipis, sudah mengandung larva yang telah berkembang sewaktu dikeluarkan bersama feses induk semang.

Spesies : Strongyloides westeri

Habitat : usus halus kuda, babi dan zebra

Spesies : Strongyloides stercorales

Habitat : usus halus anjing, manusia, srigala, kucing

Spesies : Strongyloides cati= S.planiceps

Habitat : usus halus kucing

Spesies : Strongyloides ransomi

Habitat : usus halus babi

Spesies : Strongyloides avium

Habitat : usus halus dan sekum ayam, kalkun dan beberapa burung liar

Siklus Hidup genus Strongyloides

  • Cacing betina yang parthenogenetic menyelipkan diri pada mukosa usus halus. Larva stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium III yang infektif (Homogonic cycle) atau mereka berkembang menjadi bentuk free living jantan dan betina, kemudian menghasilkan larva infektif (Heterogonic cycle).
  • Pada siklus heterogonic, larva stadium I cepat sekali berubah dalam waktu 48 jam menjadi free living jantan dan free liing betina dewasa kelamin. Diikuti dengan kopulasi maka free living betina memproduksi telur yang akan menetas dalam beberapa jam dan larva mengalami perkembangan menjadi larva infektif.
  • Pada homogenic cycle, larva stadium I dengan cepat mengalami perkembangan menjadi larva infektif. Infeksi pada vertebrata dengan jalan menembus kulit dan juga bias terjadi secara per oral.
  • Siklus hidup ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
    1. Siklus hidup yang bebas (free living). Pada siklus hidup ini sesudah larva keluar dari telur mula-ula larva tidak infektif, yaitu berbentuk Rhabditiform larva, yang akan berkembang menjadi cacing jantan dan cacing betina
    2. Siklus hidup yang parasitic (parasitic life cycle). Pada siklus ini sebagian dari larva yang tidak infektif berkembang menjadi larva infektif yang disebut filarifom larva, dimana filariform ini akan menginfeksi induk semang baru dan akan terbentuk cacing jantan dan betina. Pada siklus hidup parasitic, larva akan mengalami lung igrationterutama jika filariformis larva menginfeksi inangnya dengan jalan menembus kulit.

ORDO STRONGYLIDA

SUPERFAMILI : STRONGYLOIDEA

  • Cacing ini mempunyai mulut yang terbuka dan terdapat corona radiate (leaf crown)
  • Gigi atau alat pemotong lain melengkapi buccal cavity yang kecil
  • Cacing jantan mempunyai Bursa copulatrix dibagian ujung posterior yang  berfungsi sebagai pembantu kopulasi. Bursa terdiri dari 3 lobus, yaitu : 1 lobus dorsal dan 2 lobus lateral. Diperkuat dengan adanya jari-jari atau bursal rays. Jari-jari mengandung serabut otot (muscle fiber). Pada akhir ekor cacing ini terdapat semacam bentukan dalam bursa disebut genital core, biasanya terdapat 2 spikula yang sama besar dan dilengkapi sebuah gubernakulun (otot-otot)

FAMILI STRONGYLOIDAE

Genus : Strongylus

Species : S. Equinus

Habitat : sekum dan kolon bangsa kuda dan zebra

Morfologi :

  • Cacing ini kaku dan berwarn aabu-abu gelap, kadang tampak garis merah karena ada darah dalam ususnya
  • Buccal capsul bulat lonjong dan terdapat eksternal dan internal leaf crown
  • Pada dasar atau basic buccal capsul terdapat gigi dorsal yang besar bercabang di bagian ujungnya dan 2 gigi kecil subventral
  • Dibagian dorsal esofagus banyak kelenjar-kelenjar (esofagus gland)
  • Cacing jantan mempunyai 2 spikula sederhana berbentuk silinder

Spesies : Strongylus edentatus

Habitat : usus besar da kolon bangsa kuda

Morfologi :

  • Mirip dengan S.equinus secara makroskopis, tetapi kepalanya lebih lebar dibanding bagian tubuh lainnya
  • Bukal kapsul lebih lebar dibagian anterior dibanding bagian tengah dan tidak terdapat gigi

Spesies : Strongylus vulgaris

Habitat : usus besar bangsa kuda

Morfologi :

  • Hampir menyerupai S.edentatus dan S.equinus
  • Bukal kapsul berbentuk oval dan terdapat dua gigi dorsal dibagian basis/dasar yang berbentuk kuping (ear shaped dorsal teeth)
  • External leaf crowns menyerupai rumbai-rumbai dibagian distal

Siklus Hidup S. equines

  • Larva infektif menembus mukosa sekum dan kolon dan masuk sampai subserosa menyebabkan bentukan seperti nodul.
  • Sebelas hari setelah infeksi larva stadium IV, terdapat didalam nodul dan migrasi ke rongga peritoneum, selanjutnya menuju hati dan moulting menjadi larva stadium V dan mulai membentuk bukal kapsul.
  • Dari hati kembali ke usus besar, didalam lumen kolon larva berkembang menjadi cacing dewasa dan memproduksi telur.

Siklus hidup S.edentatus

  • Larva infektif masuk dinding usus melalui vena porta menuju kehati. Didalam hati membentuk larva stadium IV. Larva stadum IV dan V dijumpai disini dan bercampur dengan berbagai ukuran nodul hemoragi.
  • Larva bermigrasi diantara lapisan mesokolon ke dindig sekum dan kolon, disini juga menimbulkan nodul hemoragi.
  • Cacing muda migrasi menuju lumen da menjadi dewasa kelamin

Siklus Hidup S.vulgaris

  • Larva menyebabkan lesi pada arteri dan beberapa kasus, alrvanya tedapat dibagiananterior sistem srteri yaitu aorta.
  • Larva infektif mengadakan penetrasi kedalam dinding usus, 8 harisetelah infeksi terbentuk larva stadium IV penetrasi kedalam intima arteriola, sub mukosa dan migrasi melalui vena menuju a mesenterica cranialis dan membentuk thrombi yang disebut aneurysma.
  • Larva stadium IV migrasi kembali melalui sistem arteri menuju sub mukosa kolon dan sekum, disini terbentuk larva stadium V. Kemudian larva menuju lumen usus dan menjadi cacing dewasa.

FAMILI TRICHONEMATIDAE

Genus : Chabertia

Spesies : C. Ovina

Habitat : kolon domba, kambing, sapi dan ruminansia lain

Morfologi :

  • Ujung anterior melengkung kebagian ventral
  • Bukal kapsulnya besar terbuka antero ventral
  • Mulut diklilingi 2 baris kutikula kecil-kecil seperti leaf crown
  • Bursa kopulatrik sempurna dan mempunyai gubernakulum

Siklus Hidup

  • Infeksi terjadi secara peroral, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi larva infektif. Selaput larva infektif mempunyai ujungekor yang pajang.
  • Larva menyusup kedalam mukosa kolon bagian atas . 6 hari kemudian larva mempunyai bukal kapsul. Pada hari ke 80 larva sudah bisa dibedakan antara jantan dan betina, bukal kapsul yang permanen sudah terbentuk, juga kedua alat sexnya. Kemudian larva berkembang menjadi larva stadium 4 dan kemudian menjadi cacing dewasa.

Genus : Oesophagostomum

Spesies : O.columbianum

Disebut juga nodular worm

Habitat : kolon

Induk semang : kambing, domba dan bangsa kijang liar

Morfologi :

  • Mempunyai cervical alae yang lebar, mempunyai external leaf crown kurang lebih 20 elemen dan internal leaf crown kurang lebih 40 elemen. Di ujung anterior terdapat cervical grove yang melebar bagian ventral sampai lateral. Dibelakang cervical groove terdapat cervical papillae yang merupakan tanda khas dari spesies ini
  • Bursa kopulatrik cacing jantan tumbuh sempurna, mempunyai 2 spikula
  • Ekor cacing betina meruncing

Siklus Hidup :

  • Telur dikeluarkan bersama feses mencapai stadium infektif 6-7 hari.
  • Setelah larva termakan induk semang akan menembus dinding usus bagian muskularis dan  membentuk kista, disini larva mencapai stadium 3, 5 hari kemudian menjadi larva stadium 4 dan kembali ke lumen usus menuju kolon dan berkembang menjadi cacing dewasa.

Spesies : O. venulosum

Habitat : kolon domba, kambing, rusa dan unta.

Morfologi :

  • Tidak mempunyai lateral cervical alae, bagian posteriornya tidak melengkung. Cervicalpapillae terletak dibelakang esophagus.
  • Eksternal leaf crown terdapat 18 elemen dan internal leaf crown 36 elemen

Spesies : O radiatum

Habitat : kolon sapi

Morfologi :

  • Mulut berbentuk bulat
  • Eksterbal leaf crown tidak ada
  • Internal leaf crown 38-41 elemen

Spesies : O. Dentatum

Induk semang : babi

Morfologi :

  • Cephalic vesikelnya menonjol tetapi cervical alae tidak ada

Spesies lain pada babi : O. longicaudum, O. Brevicaudum dan O.georgianum

FAMILI : STEPHANURIDAE

Genus : Stephanurus

Spesies : S.dentatus

Merupakan kidney worm pada babi

Habitat : jaringan perirenal, pelvis renalis, dinding ureter dan  kadang-kadang mencapai organ dalam torak dan bahkan sampai spinal cord

Morfologi :

  • Bursa kopulatrik cacing jantan kecil terdapat 2 spikula.
  • Bukal kapsul berbentuk seperti cangkir dengan dinding tebal yang berisi 6 gigi pada dasarnya, dipinggirnya terdapat leaf crown dengan elemen kecil dan 6 eksternal kutikula yang tebal
  • Vulva tertutup anus

Siklus Hidup

  • Cacing dewasa saat akan bertelur berada pada suatu kista yang berhubungan dengan ureter, sehingga telur dukeluarkan dalam urin induk semang.
  • Cacing tanah dapat menjadi  transmitter. Larva infektif bergerak bergerombol di dalam tubuh cacing tanah.
  • Selubung larva infektif segera mengelupas setelah infeksi terjadi, baik dalam dinding perut setelah infeksi lewat mulut atau didalam kulit dan otot perut stelah infeksi lewat kulit.
  • Pada infeksi lewat mulut mencapai hati, pada infeksi melalui kulit menuju paru-paru kemudian menuju hati. Kemudian dari hati menuju rongga peritoneu kemudian ke perirenal tissue membentuk kista dan menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa menembus ureter dan bertelur.

FAMILI SYNGAMIDAE

Genus : Syngamus

Spesies : S. Trachea

Ccaing ini disebut Gip worm

Habitat : trakea

Induk semang : kalkun, ayam.

Morfologi :

  • Cacing ini berwarna merah terang dalam keadaan segar dan selalu dalam keadaan kopulasi.
  • Mulut terbuka luas tanpa leaf crowns
  • Bukal kapsulnya berbentuk seperti cangkir/piala dan terdapat 6 atau 10 gigi kecil didasarnya.
  • Bursa kopulatrik pendek dengan rays yang kuat.

Siklus Hidup

  • Telur biasanya dibatukkan oleh inang dan ditelan serta dikeluarka oleh feses.
  • Infeksi terjadi per oral. Larva infektif termakan oleh cacing tanah, snail, flies dan arthropoda lain kemudian menjadi kista
  • Cacing tanah, snail dan flies termakan bangsa burung/unggas yang merupakan inang definitif.

FAMILI ANCYLOSTOMATIDAE

SUB FAMILI ANCYLOSTOMINE

SUB FAMILI NECATORINAE

Ciri-ciri :

  • Tepi ventral bukal kapsul, gigi dan cutting plates tidak ada pada globocephalus
  • Bagian dalam bukal terdapat gigi subventral
  • Gigi dorsal tidak ada, tetapi gigi sub dorsal (lateral), kadang-kadang terdapat gigi kecil

Yang termasuk sub famili ini :

  • Genus Necator
  • Genus Bunostomum
  • Genus Globocephalus
  • Genus Uncinaria
  • Genus Gaigeria

SUB FAMILI ANCYLOSTOMINAE
Genus : Ancylostoma

Spesies : A. Caninum

Habitat : usus halus  anjing, srigala, kucing, manusia

Morfologi :

  • Cacing ini tampak kaku dan berwarna abu-abu atau keerahan karena usus berisi darah dari induk semang
  • Oral apertura membuka ke arah antero dorsal dan dilengkapi dengan bagian ventral 3 buah gigi pada tiap sisi
  • Bukal kapsul terletak dalam. Pada dasar bukal kapsul terdapat sepasang gigi dorsal yang berbentuk segitiga dan sepasang gigi ventrolateral
  • Tidak terdapat dorsal cone
  • Bursa kopulatrik mempunyai 2 spikula

Spesies : A. Tubaeforme

Habitat : usus halus kucing

Morfologi :

  • Bukal kapsul mirip A.caninum tetapi gigi pada tepi ventral sedikit lebih besar
  • Spikula lebih besar daripada A.caninum

Spesies : A.braziliense=A.ceylanicum

Habitat : usus halus anjing, kucing, srigala, manusia

Morfologi :

  • Ukuran sedikit lebih kecil dari A.caninum

Siklus Hidup Ancylostoma spp

  • Masuk kedalam tubuh induk semang melalui kulit atau peroral, kemudian larva mencari pembuluh darah dan mengikuti aliran darah melalui jantung menuju paru-paru menju alveoli lalu laring, faring kemudian dibatukkan dan kembali ke usus halus.
  • Beerapa larva yang dapat melalui kapiler paru mencapai peredaran darah sistemik menuju bermacam-macam organ yang menyebabkan perdarahan kecil-kecil dan kemudian mati atau pada hewan bunting dapat mencapai fetus (prenatal infection). Pada anak anjing, larva diam tidak berkembang sampai lahir dan berkembang sampai stadium dewasa.

Genus: Necator

Spesies : N.americanus

Cacing ini merupakan hook worm pada manusia kadang-kadang pada anjing dan babi.

Genus : Bunostomum=Monodontus

Spesies : B.trigonocephalum

Habitat : usus halus (ileum dan jejunum)

Induk semang : domba, kambing, sapi

Morfologi :

  • Bukal kapsul elatif besar dan dilengkapi pada tepi vetral sepasang chitine plate (sepasang lempengan chitin) didekatnya terdapat sepasang lanset kecil (sub vental)
  • Dorsal gutter membawa kelenjar oesophageal dan berakhir pada dorsal cone yang besar yang mengarah pada buccal cavity
  • Pada buccal capsule tidak terdapat gigi dorsal
  • Jari-jari (rays) eksterno dorsal kanan muncul lebih tinggi pada tangkai jari dorsal yang terbagi dalam 2 cabang dan lebih panjang daripada jari-jari eksterno dorsal kiri
  • Spikula gemuk

Siklus Hidup

  • Infeksi pada hospes terjadi secara per oral atau melalui penetrasi kulit. Dengan kedua cara tersebut larva mengadakan lung migration.
  • Didalam jaringan paru-paru terjadi moulting menjadi stadium 3.
  • Larva stadium 4 mempuntai bukal kapsul mencapai intestin dan tumbuh menjadi cacing dewasa.

Spesies : B. Phlebotomum

Habitat : usus halus (duodenum) sapi, zebra, domba

Genus : Gaigeria

Spesies : G. pachyscelis

Habitat dan hospes : duodenum kambing dan domba

Morologi :

  • Mirip dengan Bunostomum sp, tetapi tidak mempunyai gigi dorsal\
  • Anterolateral rays pendek dan tumpul terpisah sama sekali dengan lateral rays

Siklus Hidup

Penularan terjadi hanya melalui kulit, selanjutnya larva mencapai paru-paru, larva stadium 4 mempunyai bukal kapsul dengan dorsal cone dan sepasang lanset subventral selanjutnya migrasi ke bronki, trakea, faring lalu ditelan mencapai intestin dan berkembang menjadi cacing dewasa.

FAMILI TRICHOSTRONGYLIDAE

Genus : Trichostrongylus

Morfologi :

  • Berukuran kecil, langsing, berwarna coklat kemerahan
  • Tidak mempunyai bukal kapsul
  • Bursa kopulatrik mempunyai lateral rays yang panjang, sedangkan dorsal rays tidak begitu nyata, entro lateral rays leih kecil daripada ventral rays
  • Spikula kokoh, kaku dan berwarna coklat
  • Mempunyai gubernakulum
  • Uterusnya bercabang (amphidelp)

Spesies : T. Colubriformis=T.instabilis

Habitat : bagian atas usus halus dan kadang-kadang pada abomasum

Induk semang : domba, kambing, sapi, unta, kelinci, babi dan manusia

Spesies : T.falculatus

Habitat : usus halus

Induk semang : kambing, domba dan rusa

Spesies : T.vitrinus

Habitat : usus halus

Induk semang : kambing, domba, unta, kelinci dan manusia

Spesies : T.capricola

Habitat : usus halus

Induk semang : kambing dan domba

Spesies : T probolurus

Habitat : usus halus

Induk semang : domba, unta, manusia

Spesies : T.axei=T.extenuatus

Habitat : abomasum

Induk semang : kambing, domba, sapi, menjangan, babi, kuda, keledai dan manusia

Spesies : T.rugatus

Habitat : usus halus kambing, domba

Spesies : T. longispicularis

Habitat : usus halus kambing, domba, sapi

Siklus Hidup Trichostrongylus spp

  • Telur dikeluarkan bersama feses induk semang kemudian berkembang menjadi larva stadium 1 dan akan menjadi larva infektif, larva-larvanya berada di rumput pada awal pagi dan awal petang.
  • Larva infektif yang termakan hospes mengalamai eksidid kedua secara lengkap siklus parasitic dimulai

Genus : Cooperia

Habitat : pada usus halus dan kadang-kadang di dalam abomasums dari ruminansia

Spesies : C. curticei

Induk semang : domba dan kambing

Spesies : C.pectinata

Induk semang : sapi dan domba

Spesies : C. Oncophora

Induk semang : sapi, domba, kadang-kadang kuda

Siklus Hidup

Secara umum menyerupai siklus hidup Trichostrongylus. Infeksi terjadi secara per oral. Larva yang infektif mempunyai bintik pada ekor dan dikelilingi oleh selubung

Genus : Nematodirus

Ciri-ciri

  • Spesies dari genus ini termasuk cacing berukuran pajang dan bagian posterior berbentuk langsing
  • Mempunyai kutikula yang rata dan terdapat 14-18 garis-garis longitudinal pada lapisan kutikulanya
  • Bagian anterior tubuh lebih tipis daripada posterior tubuh
  • Spikula langsing, panjang dan ujungnya bertemu menjadi satu
  • Ekor cacing betina spesifik pendek dan menyempit dengan ujung terdapat penonjolan seperti jarum

Spesies : N. Spathiger

Habitat : usus halus domba, sapi dan ruminansia lain

Siklus Hidup

  • Telur berkembang diluar tubuh induk semang, larva menetas hanya bila tercapai stadium infektif yang mengalami 2x ekdisis.
  • Infeksi terjadi secara per oral dan menjadi cacing dewasa di dalam usus halus 3 minggu setelah infeksi.

Spesies : N. Battus

Habitat : usus halus domba

Spesies : N. filicollis

Habitat : usus halus kambing, domba dan rusa

Genus : Haemonchus

Spesies : H.contortus

Spesies ini disebut Stomach worm atau Wire worm dari ruminansia yang paling ganas

Habitat : abomasums kambing, domba, sapid an ruminansia lain

Morfologi :

  • Cacing jantan berwarna merah, sedang cacing betina berwarna belang merah putih dimana warna tersebut dihasilkan oleh selang-seling antara ovari berwarna putih dan usus berwarna merah karena menghisap darah induk semangnya
  • Kutikulanya ada yang transversal dan beberapa longitudinal
  • Cervical papil menonjol seperti spina
  • Buccal cavity kecil dan terdapat dorsal lancet

Spesies : H. placei

Disebut Haemonchus sapi karena menyerang sapi

Spesies : H.similis

Menyerang sapi dan rusa

Spesies : H.longistipes

Habitat : abomasum

Siklus Hidup

  • Siklus hidupnya menyerupai Trichostrongylus, telur akan keluar bersama feses dan akan menjadi larva infektif di alam
  • Infeksi terjadi per oral ketika merumput dan akan menjadi cacing dewasa dalam waktu 18 hari di lambung

Genus : Mecisticirrus

Spesies : M.digitatus

Habitat : abomasum domba, sapi, zebra, kerbau dan lambung babi

Siklus Hidup

  • Telur keluar bersama feses, menetas dan berkembang menjadi larva infektif
  • Infeksi terjadi pada saat induk semang merumput yang terkontaminasi larva infektif.
  • Cacing ini cukup pathogen pada kerbau, sapi dan kambing dan mempunyai efek seperti H.contortus

FAMILI DICTYOCAULIDAE

Genus : Dictyocaulus

Spesies : D.filaria

Habitat : bronki kambing, domba dan ruminasia lain

Morfologi :

  • Cacing dewasa mempunyai warna putih susu, saluran pencernaan gelap sehingga terlihat dari luar
  • Buccal capsul dilengkapi 4 bibir, tidak terdapat papil di bagian anterior dan posterior

Siklus Hidup

  • Telur akan menetas didalam paru-paru tetapi biasanya dibatukkan dan ditelan kembali dan larva stadium 1 menetas ketika melalui saluran pencernaan. Beberapa telur mungkin dapat dikeluarkan melalui sekreta hidung atau bersama sputum.
  • Larva stadium 1 dikeluarkan bersama feses, mudah dikenali karena adanya bonggol kutikula yang kecil pada ujung anterior, dan terdapat sejumlah granule makanan berwarna kecoklatan pada sel-sel intestin. Stadium bebas ini tidak makan , tetapi tetap hidup karena persediaan granula-granula makanan.
  • Setelah stadium 2 larva berubah menjadi stadium 3 yang merupakan stadium infektif, infeksi disebabkan karena tertelannya larva stadium 3 yang merupakan larva infektif oleh hospes, setelah itu larva penetrasi ke dinding usus kemudian bermigrasi melalui saluran limfe.
  • Pada larva stadium 4, jantan dan betina dapat dibedakan, kemudian larva menuju paru-paru melalui aliran darah dan tertahan dalam kapiler paru-paru. Perkembangan menjadi dewasa terjadi dalam bronki.

Spesies : D. Viviparus

Habitat : bronki sapi, rusa, kerbau dan unta

FAMILI METASTRONGYLIDAE

Genus : Metastrongylus

Spesies : M. apri

Habitat : bronki dan bronkioli babi, babi hutan, kambing, rusa dan ruminansia lain

Morfologi :

  • Cacing dewasa berwarna putih dan mempunyai bibir kecil mengelilingi bagian mulutnya.
  • Bursa kopulatrik relatif kecil dan spikula berbentuk filiformis

Spesies : M.pudendotectus

Habitat : bronki dan bronkioli babi dan beruang

Spesies : M.salmi

Habitat : bronki dan bronkioli babi dan ruminansia

Siklus Hidup

  • Telur yang berisi penuh dengan larva stadium 1 akan menetas setelah keluar bersama dengan feses atau setelah termakan oleh inang perantara yaitu beberapa jenis cacing tanah.
  • Pada cacing tanah larva mengalami perkembangan dalam esofagus, proventrikulus dan ventrikulus dan usus, selanjutnya larva masuk aliran darah dan berkumpul dalam jantung, stadium infektif terdapat dalam pembuluh darah cacing tanah.
  • Inang definitif terinfeksi karena memakan cacing tanah yang mengandug larva infektif.

ORDO SPIRURIDA

SUPER FAMILI SPIRUROIDEA
FAMILI SPIRURIDAE
Genus : Habronema

Spesies : H. Muscae

Habitat  dan host : lambung kuda

Morfologi :

  • Terdapat 2 bibir lateral masing-masing 3 lobi
  • Cacing jantan mempunyai caudal alae, 4 pasang prekloaka papillae dibelakang kloaka

Spesies : H.microstoma

Habitat : lambung bangsa kuda

Spesies : H.megastoma

Habitat dan host : terdapat dalam nodule pada dinding lambung kadang-kadang bebas dalam lambung bangsa kuda

Siklus Hidup

  • Larva/telur dikeluarkan bersama feses dan dimakan oleh larva lalat yang berkembang pada feses, cacing mencapai stadium infektif pada larva lalat
  • Pada lalat dewasa larva bebas pada haemocoele dan menuju proboscis. Larva diletakkan pada bibir, lubang hidung dan pada luka dari kuda pada waktu lalat makan. Yang sering terjadi ialah lalat yang mengandung larva cacing termakan bersama ransom/air. Larva dibebaskan didalam lambung kemudian tumbuh menjadi dewasa.

FAMILI THELAZIIDAE

Genus : Thelazia

Spesies : T.rhodesii

Ditemukan pada sapi, kambing, domba, kerbau

Morfologi:

  • Warna putih susu
  • Kutikula terdiri garis-garis transversal prominent

Spesies : T.callipaeda

Habitat : dibawah membrana nictitans anjing dan pernah dilaporkan pada kelinci dan manusia

Siklus Hidup

  • Larva stadium 1 didalam usus lalat yang  berasal dari sekresi mata inang definitif kemudian mengadakan penetrasi pada folikel ovari lalat, selanjutnya berkembang menjadi larva stadium 2 dan kemudian berkembang menjadi larva stadium 3.
  • Larva stadium 3 meninggalkan folikel ovari dan migrasi ke mulut lalat, kemudian dapat dipindahkan ke sapi.

Spesies : Oxyspirura mansoni\

Habitat : membrana nictitans ayam dan kalkun

Morfologi :

Kutikula halus dan faring bentuknya seperti jam pasir

Siklus Hidup

  • Telur melalui ductus lacrimalis akan dikeluarkan keluar bersama feses. Inang perantara lipas. Unggas terinfeksi karena memakan lipas yang terinfeksi
  • Larva terlepas dari inang antara setelah termakan, kemudian merangkak ke atas yaitu esofagus, faring dan ductus lacrimalis menuju ke mata. Biasanya larva terlihat 20 menit setelah lipas termakan oleh unggas

Spesies : Oxyspirura parvorum

Ditemukan pada unggas di  Australia

Genus : Gongylonema

Spesies : Gongylonema pulchrum

Host : domba, kambing, sapi, babi, zebu, kerbau, kuda, onta, keledai, babi hutan

Habitat : esofagus baik bagian mukosa atau submukosa, cacing terbenam dengan membentuk pola zik-zak. Pada ruminansia kadang ditemukan juga di rumen,

Siklus Hidup

  • Inang perantara adalah kumbang tinja, kecoak (Blatella germanica) dapat juga terinfeksi oleh cacing ini secara eksperimen
  • Host definitive terinfeksi bila memakan inang peratara yang mengadung larva infektif. Pada kecoak larva infektif dapat keluar secara spontan yang akan jatuh ke air.

Spesies : Gongylonema ingluvicola dan G.crami

Habitat : tembolok ayam

FAMILI : ACUARIIDAE

Genus : Cheilospirura

Spesies : C.hamulosa=Acuaria hamulosa

Habitat : gizzard unggas dan kalkun

Morfologi :

  • Dua cordonnya menjulur hampir sepanjang tubuh dan garis luar tidak teratur
  • Cacing jantan mempunyai 4 pasang pre kloaka dan 6 pasang post kloaka papil. Spikula kiri lebih langsing dan spikula kanan pipih

Siklus Hidup

Telur keluar bersama feses inang definitif dan menetas setelah tertelan inang perantara (belalang, kumbang, bangsa rayap). Larva infektif berkembang pada inang perantara dan inang definitif terinfeksi karena memakan sejenis insect tersebut.

Genus : Dispharynx

Spesies : D.spiralis = Acuaria spiralis

Habitat dan hospes : dinding proventrikulus, esofagus kadang-kadang pada usus unggas, kalkun, burung merpati, burung mutiara dan bangsa burung lain

Morfologi :

  • Cordon mempunyai 4 pasang pre kloaka dan 6 pasang post kloaka papil
  • Cacing jantan mempunyai 4 pasang pre kloaka dan 6 pasang post kloaka papil
  • Spikula kiri gemuk dan spikula kanan berbentuk seperti perahu

Siklus Hidup

Telur menetas setelah tertelan inang perantara, isopod. Larva berkembang pada rongga tubuh isopod kemudian termakan oleh burung dan berkembang menjadi dewasa.

Genus : Echinuria

Spesies : Echinuria uncinata =Acuaria uncinata

Habitat : esofagus, proventrikulus, gizzard dan usus halus

Induk semang : itik, angsa dan bangsa burung liar

Morfologi :

  • Cordon tidak berbalik dan beranastomose dan  kutikula dilengkapi 4 deret longitudinal duri

Siklus Hidup

Telur dikeluarkan bersama feses dan tertelan pleh water fleas, kemudian menetas dan berkembang menjadi larva infektif. Burung terinfeksi karena memakan inang perantara, kemudian larva berkembang menjadi dewasa.

FAMILI TETRAMERIDAE

Genus : Tetrameres

Spesies : Tetrameres americana

Habitat dan hospes : proventrikulus ayam, kalkun

Morfologi “

  • Cacing betina berbentuk agak bulat (subspherical) dan mempunyai 4 lekukan yang dalam di bagian garis longitudinal, sedangkan bagian anterior dan posteriornya menonjol sebagai bagian yang lancip

Siklus Hidup

  • Telur dikeluarkan bersama feses, akan menetas bila tertelan oleh inang antara yang sesuai berupa serangga Othoptera seperti Melanoplus femurrubrum, M. Differentialis dan Blatella germanica. Infeksi pada hospes dapat terjadi bila memakan inang antara yang mengandung larva infektif T.americana.
  • Cacing jantan dan betina migrasi menuju kelenjar provetrikulus untuk berkopulasi, kemudian cacing jantan meninggalkan kelenjar dan mati.

Spesies lainnya yaitu :

T.fissispina

Habitat :proventrikulus bebek, ayam, kalkun dan burung liar

Inang antara : krustasea air

T.crami

Habitat :provetrikulus bebek

Inang antara : amphipods

T.mohtedai

Habitat :proventrikulus ayam

Inang antara : kecoak, belalang dan moth (kupu malam)

SUPERFAMILI FILARIOIDEA

FAMILI FILARIIDAE

Genus : Dirofilaria

Spesies : D. Immitis

Habitat : ventrikel kanan, arteri pulmonalis dan organ lain

Induk semang : anjing, kucing dan srigala

Inang perantara : nyamuk dari genus Culex, aedes, anopheles dan Myzorhynchus

Morfologi :

  • Ujung posterior cacing jantan berupa coil spiral dan ekor terdapat lateral alae
  • Cacing ini gemuk dan berwarna putih
  • Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah setiap waktu, tatapi tendensi periodicity
  • Mikrofilaria terlihat bermacam-macam pada negara yang berbeda, tetapi prinsipnya pada sore hari mikrofilaria dijumpai dalam jumlah maksimum dan minimum ditemukan pada pagi hari

Siklus Hidup

  • Cacing betina menghasilkan mikrofilaria, mikrofilaria dapat ditemukan dengan mudah dalam darah perifer di malam hari, siang hari sulit
  • Dalam 24 jam pertama mikrofilaria tinggal dalam lambung nyamuk, 24 jam berikutnya migrasi keseluruh malphigi. Pada hari ke 9-10 larva memakan sel saluran malphigi serta masuk ke rongga badan. Selanjutnya migrasi ke daerah dada dan kepala kemudian masuk labium. Mikrofilaria mencapai stadium infektif dalam labium.
  • Infeksi berlangsung pada waktu nyamuk yang mengandung mikrofilaria menghisap darah anjing. Selama 3-4 bulan mikrofilaria mengembara dalam darah anjing kemudian menetap dalam ventrikel kanan. Dua bulan berikutnya dicapai tahap dewasa dan menghasilkan mikrofilaria.
  • Parasit ini dipindahkan oleh lalat semak Stomoxys calcitrans tetapi kadang-kadang oleh nyamuk Culicine

FAMILI SETARIIDAE

Genus : Stephanofilaria

Spesies : S.dedoesi

Habitat dan hospes : kulit sapi

Morfologi :

  • Oral apertura dikelilingi oleh protruding cuticular rim yang tepinya melengkung
  • Dekat bagian anterior terdapat penebalan sirkuler yang dilengkapi dengan duri-duri kecil sirkuler
  • Spikula unequal
  • Cacing betina tidak mempunyai anus

Spesies-spesies lain :

  • S.stilesi, penyebab luka-luka yang besar pada kulit samping bawah dari abdomen sapi
  • S.kaeli, penyebab luka-luka pada kaki dari sapi
  • S.assamensis, penyebab hump sore dermatitis konis pada sapi
  • S.okinawaensis, terdapat pada sapi di Jepang, penyebab luka-luka pada mulut dan puting susu
  • S.zaheeri, terdapat pada kerbau, menyebabkan luka-luka pada telinga

Siklus Hidup

Lalat menghisap mikrofilaria pada luka yang disebabkan oleh Stephanofilaria, kemudian berkembang menjadi infektif dan berada di probosis lalat. Mikrofilaria infektif akan menginfeksi induk semang bila lalat menghisap darah induk semang.

SUPER FAMILI TRICHUROIDEA

FAMILI TRICHURIDAE
Genus : Trichuris

Ciri-ciri:

  • Cacing ini disebut whip worm (cacing cambuk), karena bagian anterior tubuh panjang dan ramping, sedang bagian posterior gemuk.
  • Bagian posterior cacing jantan melingkar, terdapat satu spikula yang dikelilingi oleh selubung yang protusible dan dilengkapi dengan duri-duri kutikuler yang bagus

Spesies : T.ovis

Habitat dan hospes : sekum domba, kambing, sapi

Spesies : T. Globulosa

Habitat dan hospes : sekum rusa, domba, kambing, sapi

Spesies : T. Vulpis

Habitat dan hospes : sekum dan usus halus anjing dan srigala

Spesies : T.suis

Habitat dan hospes : sekum babi, babi liar dan babi hutan

Siklus Hidup

Induk semang terinfeksi karena memakan telur yang mengadung larva infektif kemudia larva menuju sekum, tinggal dalam kelenjar Lieberkuhn, selanjutnya ke lumen sekum  dan akan tumbuh menjadi cacing dewasa

FAMILI CAPILLARIIDAE

Genus : Capillaria

Spesies : Capillaria caudinflata=c.caudinflatum=c.longicollis

Habitat : usus halus uggas, burung merpati

Siklus hidup

Indirect. Telur termakan cacing tanah, burung terinfeksi karena memakan cacing tanah tersebut. Larva infektif dicapai dalam waktu 14-21 hari dalam cacing tanah

Spesies : Capillaria obsignata dan capillaria columbae

Habitat dan host : usus halus ayam, burung merpati, kalkun dan beberapa burung liar

Spesies : C.anatis, C.retusa, C.collaris, C.anseris, C.mergi

Habitat dan host : sekum unggas, burung, itik

Spesies : C.annulata

Habitat : crop dan esofagus ayam, kalkun dan bangsa burung

Spesies : C.contorta

Habitat : crop, esofagus, mulut dari kalkun, angsa

Spesies : C.entomelas

Habitat : usus halus musang, kuskus. Menyebabkan haemorrhagic enteritis terutama pada musang

Spesies : C.fellis cati

Habitat : vesica urinaria kucing

Spesies : C.mucronata

Habitat : vesica urinaria musang

Spesies: C. Cutanea

Habitat : cacing ini menyebabkan nodule subcutaneus, oedema, lepuh pada kera. Menyebabkan cutaneus creeping eruption pada jari dan pergelangan kaki.

Spesies : C.hepatica\

Habitat : liver bangsa tikus

Spesies : C.bovis=C.longipes

Habitat : usus halus sapi, domba dan kambing

Spessies : C.aerophila

Habitat : pada trakhea, bronkhi, cavum nasal dan sinus frontalis anjing, srigala da rubah

FILUM ACANTHOCEPHALA

Cacing ini disebut sebagai Thorny headed worm (cacing kepala berduri)

Morfologi :

  • Tubuhnys silindris, terbungkus segmen (kulit) yang terdiri lima lapisan dan permukaannya yang bersifat absorptive cukup luas, mempunyai 20-62 lipatan
  • Tidak mempunyai saluran pencernaan, makanan diabsorbsi melalui dinding tubuh
  • Bagian anterior terdapat  evaginable proboscis (proboscis yang bersifat retractile/ bias ditarik masuk)
  • Dekat kantong proboscis terdapat organ yang berupa rongga memanjang disebut Lemnisci, yang berhubungan dengan proboscis dan kemungkinan mensekresi cairan proboscis.
  • System ekskretori tidak ada atau hanya berupa sepasang nephridia yang mengalirkan ekskret kedalam saluran genital
  • Jenis kelamin sudah terpisah terdiri cacing jantan dan betina
  • Telur berisi acathor larva
  • Telur dilengkapi anterior circlet (hooks=duri)
  • Telur mempunyai 3 atau 4 lapis kulit

Siklus Hidup

  • Indirect, inang perantaranya biasanya arthropoda. Untuk acanthocephala yang parasitic pada hewan darat dan burung, inang perantaranya biasanya larva insect, kumbang, kecoa atau lipas.Yang parasitic pada vertebrata air, inang perantaranya crustacean atau molusca.
  • Telur akan menetas dan menghasilkan larva acanthor didalam tubuh inang perantara, kemudian membentuk kista disebut cystacanth didalam haemocoel arthropoda.
  • Cystacanth kemudian berkembang menjadi stadium inektif. Host definitive tertular apabila menelan arthropoda yang terinfeksi.
  • Cystachant mungkin membentuk kista kembali dalam vertebrata yang lain dan induk semang tertular dengan jalan menelan/memakan vertebrata tersebut. Cacing dewasa banyak ditemukan terutama pada vertebrata yang hidupnya di air, ikan dan burung-burung.

PROTOZOOLOGI

Adalah ilmu yang mempelajari mengenai protozoa. Protozoa mrupakan hewan bersel satu , pertama kali ditemukan oleh Antony van Leewenhoek (1632-1723)

Protozoa termasuk eukariotik, dimana inti mempunyai membrane atau selaput yang memisahkan dari sitoplasmanya. Hal ini berbeda dengan prokariotik (bakteri) dimana intibakteri tidak terpisah dari sitoplasmanya.

Inti protozoa dibedakan atas 2 tipe utama

  1. Inti vesikuler (bulat, kecil). Kebanyakan protozoa mempunyai inti vesikuler dan semua inti terlihat sama. Setiap inti mepunyai kromosom, atau sekurang-kurangnya bahan pembentuk kromosom
  2. Inti non vesikuler (makronukleus). Inti mikronukleus berbentuk vesikuler yang bertanggung jawab engendalikan fungsi reproduksi dan inti makronukleus bertanggung jawab mengendalikan fungsi vegetatif.

Protozoa bergerak menggunakan alat gerak berupa flagella, cilia, pseudopodia (kaki palsu), membrane undulant (undulating membrane) atau dengan cara menggelinding

Berdasrkan tipe makanan protozoa dibedakan menjadi 4 tipe :

  1. Tipe autotropik, tipe ini hidup pada bahan anorganik, megubah bahan tersebut menjadi protein, karbohidrat dan lemak
  2. tipe holofitik (menyerupai tanaman) organisme ini mensistesa karbohidrat didalam klorofil yang terdapat dalam kromatofora
  3. tipe holozoik, organisme ini memiliki tipe, memakan makanan tertentu dengan cara menelan melalui mulut sementara atau permanen. Makanan dapat pula dimasukkan ke dalam tubuh melalui dinding sel. Makanan yang diperoleh ditahan di dalam vakuola makanan
  4. Tipe saprozoik, makanan masuk melalui osmose atau difusi menembus dinding sel. Ekskresi atau pengaturan osmose berlangsung secara difusi melalui dinding sel atau melalui vakuola kontraktil.

Pembelahan inti vesikuler (mikronukleus) biasanya secara mitosis, sedangkan makronukleus pembelahannya secara amitosis

Perkembangbiakan atau reproduksi protozoa dapat berlangsung secara seksual dan aseksual

Reproduksi Aseksual

  1. Pembelahan ganda (binary fission), yaitu pembelahan sel yang menghasilkan 2 sel anak yang identik. Pembelahan cara ini biasanya terjadi pada flagelata, amoeba, ciliate.
  2. Pembelahan banyak (skizogoni), inti membelah berulang-ulang. Sel yang sedang membelah disebut skizon, meron, dan gamon
  3. Endodiogeny, merupakan pembelahan sel yang menghasilkan dua anak yang terbentuk dalam sel induk, contohnya pada Toxoplasma gondii stadium takizoit dan bradizoit
  4. Endopoligeni, yaitu pembelahan yang menghasilkan banyak sel anak dalam sel  induk

Reproduksi seksual dikenal dua cara

  1. Konjugasi, umumnya terjadi pada ciliata, dua individu melekat satu sama lain dan bergabung sepanjang bagian tubuh. Mikronukleus berdegenerasi dan membelah beberapa kali, setiap hasil pembelahan adalah haploid yang kan menjadi bakal inti, kemudian berpindah dari konjugan satu ke lainnya dan diikuti dengan memisahnya konjugan. Didalam tiap konjugan bakal inti beregenerasi
  2. Syngami, 2 gamet haploid bergabung membentuk zygot. Bergabungnya 2 gamet yang sama disebut isogami dan bergabungnya 2 gamet yang tidak sama disebut anisogami. Pada anisogami gamet yang kecil disebut mikrogamet atau gamet jantan dan yang besar disebut makrogamet atau gamet betina. Gamet-gamet tersebut dihasilkan oleh sel yang disebut gamon atau gametosit. Mikrogamet dihasilkan oleh mikrogametosit dan makrogamet dihasilkan oleh makrogametosit. Proses terbentuknya gamet disebut gametogoni. Zigot hasil pembuahan makrogamet oleh mikrogamet ada yang disebut ookinet yaitu zigot yang bergerak (motil). Zigot ada pula yang disebut dengan ookista yaitu kista dari koksidia. Zigot ada yang dapat mengadakan pembelahan banyak (ganda) membentuk sporozoit

Beberapa protozoa membentuk kista atau spora

  • Pada stadium ini protozoa tahan terhadap pengaruh lingkungan. Kista adalah stadium dalam satu siklus hidup protozoa, dimana parasit pada stadium ini dikelilingi oleh membran yang jelas dan biasanya pada stadium ini merupakan stadium istirahat.
  • Stadium spora (sporokista) dibentuk didalam organisme dengan membentuk dinding tebal mengelilingi satu atau lebih individu.  Individu ini disebut sporozoit. Proses pembentukan spora ini disebut sporulasi atau sporogoni

Dalam siklus hidupnya protozoa mengalami perkembangan dimana sel-selnya membutuhkan makanan. Stadium ini disebut stadium vegettif atau tropozoit

Untuk kelangsungan hidupnya kadang potozoa memerlukan apayang disebut vektor. Vektor adalah organisme pembewa parasit (protozoa) atau agen penyakit dimana organisme tersebut berperanan menularkan parasit dari induk semang satu ke induk semang  lainnya. Apabila protozoa dalam tubuh vektor mengalami perkembangbiakan, maka vektornya disebut vektor biologis, tetapi apabila protozoa dalam tubuh vektor tidak mengalami perkembangan vektornya disebut vektor mekanis

Protozoa dibagi menjadi 6 kelompok utama : Flagellata, apicomplexa, Sarcodina, Ciliata, Microspora dan Myxozoa

BAB I

FLAGELLATA

  • Semua anggota subfilum ini memiliki satu atau lebih flagela untuk alat gerak
  • Berdasarkan habitatnya dalam tubuh induk semang, parasit ini dibagi menjadi dua kelompok besar : Hemoflagellata (parasit ini hidup didalam darah)  dan Mucosoflagellata (parasit yang hidup didalam saluran pencernaan)
  • Perkembangbiakan terjadi secara aseksual dengan cara pembelahan ganda (binary fission)
  • Anggota protozoa yang penting adalah Trypanosoma, Leishmania, Trichomonas dan Histomonas

Genus : Trypanosoma

  • Habitat parasit dalam tubuh induk semang vertebrata di darah (plasma darah), cairan jaringan (cairan limfe) dan beerapa jaringan tubuh
  • Dalam siklus hidupnya mempunyai bentuk  atau stadium amastigote, promastigote, epimastigote dan trypomastigote.
  • Kebanyakan tidak bersifat patogenik dan hidup dalam induk semangnya tanpa menimbulkan masalah, tetapi beberapa bersifat patogenik dan merupakan parasit penting pada ternak dan manusia. Penyakit yang ditimbulkan disebut trypanosomiasis. Penyebaran yang bersifat patogen memerlukan vektor atau induk semang antara (biasanya insekta penghisap darah)
  • Berdasarkan cara penularan oleh vektor  typanosoma dibagi dalam 2 kelompok yaitu stercoraria atau posterior station dan salivaria atau anterior station, Pada kelompok stercoraria, trypanosoma mengalami perkembangbiakan di usus vektor dan belntuk infektifnya berada dalam salura pencernaan bagian posterior dan keluar bersama feses vektor. Penularan tejadi melalui membrana mukosa atau kulit yang luka dari induk semang yang terinfeksi feses vektor, sebagian besar kelompok stercoraria bersifat tidak patogen, kecuali Trypanosoma cruzi. Penularan Trypanosoma kelompok salivaria melalui gigitan vektor karena bentuk infektif parasit berada di kelenjar saliva vektor, kebanyakan kelompok salivaria bersifat patogen

Spesies : Trypanosoma brucei

  • Penyakit yang ditimbulkan disebut NAGANA
  • Hewan yang dapat terseraang antara lain : kuda, sapi, domba, kambing, unta, babi, anjing
  • Habitat atau predileksi T.brucei dalam tubuh  induk semang adalah di peredaran darah (plasma darah), cairan limfe dan cairan serebrospinal
  • Daerah penyebaran di daerah tropis Afrika
  • Dalam penyebarannya memerlukan vektor lalat tsetse (Glossina sp)
  • Struktur parasit polimorfik diantaranya langsing, sedang, gemuk

Siklus Hidup

  • Hewan terinfeksi karena tergigit oleh lalat yang diglandula salivanya mengandung Trypanosoma
  • Pertama kali masuk tubuh induk semang, protozoa membelah diri secara pembelahan ganda longitudinal di dalam darah dan getah bening dalam bentuk trypomastigote. Selanjutnya melewati blood brain barrier masuk cairan serebrospinal an berkembang biak dan berhabitat diantara sel syaraf.
  • Sewaktu terhisap oleh vektor (lalat Glossina sp) T. Brucei berada pada bagian posterior usus vektor, berkembangbiak sebagai bentuk trypomastigote, selanjutnya ke esofagus dan faring dan akhirnya ke glandula salivaria
  • Didalam glandula salivaria berbentuk epimastigote kemudian menjadi bentuk metasiklik trypomastigote dan bentuk inilah yang merupakan stadium infektif bagi induk semang

Spesies : Trypanosoma evanzi

  • Parasit menyerang unta, kuda, keledai, sapi, kambing, babi, anjing, kerbau air, gajah, tapir, rusa dan hewan liar lain
  • Penyakit yang disebabkan disebut berbagai nama tergantung daerah penyebara di Indonesia disebut SURRA, di Aljazair disebut EL DEBAB, di Sudan disebut MBORI dan di Venezuela disebut DERRENGADERA, di Amerika Selatan disebut MAL DE CADERAS
  • Perkembangbiakan dengan cara pembelahan ganda longitudinal

Siklus Hidup

  • Ditularkan secara mekanis oleh lalat penghisap darah antara lain : Tabanus, Stomoxys, Haematopota dan Lyperosia.
  • Didalam tubuh insekta (vektor) parasit tidak mengalami perkembangan, setelah menghisap darah penderita T.evanzi tetap berada pada probosis vektor dan langsung ditularkan ke induk semang lain. Vektor semacam ini disebut vektor mekanis/
  • Didalam tubuh induk ssemag T. evansi berbentuk trypomastigote dengan habitat di plasma darah dan limfe.

Spesies : Trypanosoma equiperdum

  • Secara morfologis hampir sama dengan T.brucei
  • Dalam siklus hidupnya tidak  memerlukan vektor
  • Penyebaran parasit terjadi pada saat hewan melakukan perkawinan alami, kopulasi.
  • Parasit lebih sering menyerang kuda, keledai dapat bertindak sebagai carier.
  • Penyakit yang ditimbulkan disebut DOURINE

Genus : Leishmania

  • Parasit dalam genus ini tidak mempunyai undulating membrane.
  • Dalam siklus hidupnya mengalami 2 perkembangan 2 bentuk (stadium): amastigot dan promastigot. Dalam tubuh vertebrata dapat berbentuk amastigot biasanya ditemukan dalam sel-sel endothel dan makrofag, sedangkan dalam invertebrata berbentuk amastigot dan promastigot

Siklus Hidup

  • Induk semang tergigit vektor. Pada mamalia (vertebrata) parasit ditemukan dalam makrofag, leukosit tertentu, limfa, hati, sumsum tulang, limfoglandula, mukosa intestinaldan sel-sel tertentu, perkembangbiakan dalam sel-sel tersebut dengan cara pembelahan ganda (binary fission)
  • Apabila lalat pasir yaitu Plebotomus sp sebagai vektor menggigit penderita misalnya manusia dan anjing maka parasit bersama aliran darah atau yang berada di kulit akan ikut terisap lalat masuk dan berkembang di dalam usus lalat.
  • Didalam usus lalat parasit berubah bentuk memanjang dan flagelanya berkembang membentuk flagela bebas, stadium parasit menjadi promastigot. Bentuk ini berkembang biak dengan cepat dengan cara pembelahan ganda dan selanjutnya bermigrasi ke usus bagian depan akhirnya mencapai probosis.
  • Bila lalat ini menggigit induk semang baru, parasit akan keluar dari probosis lalat dan masuk ke induk semang, bersama aliran darah induk semang tersebut menuju organ-organ limfatik

Spesies-spesies yang penting antara lain :

    1. Leishmania donovani, merupakan penyebab penyakit KALA AZAR atau DUMDUM FEVER atau Visceral Leishmaniasis pada manusia. Anjing, srigala danrubah dapat bertindak sebagai karier
    2. Leishmania tropica, merupakan penyabab penyakit cutaneus leishmaniasis. Dapat menyerang manusia, anjing, rodensia. Organisme ini dapat diteukan didalam sel makrofag, sel-sel endothel dari pembuluh kapiler dan dalam limfoglandula
    3. Leishmania braziliense, penyebab mucocutaneus leishmaniasis. Ditemukan dalam sel endothel dan sel mononuclear pada hidung, mulut an faring. Terutama menyerang manusia, anjing, kucing, tikus.

Genus : Trichomonas

  • Protozoa pada umumnya berada di dalam saluran pencernaan, beberapa ditemukan di saluran reproduksi
  • Parasit berbentuk seperti buah peer (pyriform)
  • Terdapat organel yang disebut blepharoplast atau disebut pula badan parabasal (parabasal body)
  • Dari blepharoplast timbul flagella anterior dan posterior. Flagela posterior mengitari tubuh membentuk undulating membran dan flagela ini kadang memanjang sampai keluar dari tubuh bagian posterior membentuk flagela bebas
  • Pengelompokan ke dalam genus tergantung dari julah flagela anterior diantaranya Tritrichomonas, trichomonas, tetratrichomonas dan pentotrichomonas

Genus : Trichomonas gallinae

  • Sering menyebabkan trichomoniasis pada unggas terutama merpati, kalkun dan anak ayam
  • Habitat dalam tubuh induk semang yaitu pada saluran pencernaan bagian atas (depan) termasuk pula hati
  • Parasit berbentuk seprti buah peer
  • Mempunyai 4 flagella anterior dan 1 flagella posterior yang membentuk undulating membran

Spesies : Trichomonas foetus

  • Menyerang saluran reproduksi sapi, babi, kuda
  • Menyebabkan bovine trichomoniasis
  • T.foetus tersebar di seluruh dunia dan sewaktu waktu dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar terutama pada sapi perah
  • Penularan parasit ini melalui perkawinan atau inseminasi buatan
  • Organisme berbentuk seperti buah peer. Mempunyai 3 flagela anterior dan satu flagela posterior yang memanjang kebelakang membentuk undulating membrane
  • Perkembangbiakan secara pembelahan ganda, tidak terjadi perkembangan secara seksual maupun pembentukan kista

Genus Histomonas

  • Parasit berbentuk pleomorfik tegantung dari organ sebagai organ lokasi parasit dan stadiumnya.
  • Perkembangbiakan parasit secara aseksual yaitu dengan mengadakan pembelahan ganda
  • Stadium-stadium dari histomonas adalah :
    1. Stadium invasif, terutama pada luka baru, berbentuk amuboid, ekstraseluler
    2. Stadium vegetatif, biasanya pada luka lama, ukuran lebih besar, kurang aktif, sitoplasma basofilik, transparan, berkelompok
    3. Stadium resisten, kompak, terbungkus membran padat, tunggal atau berkelompok di luar sel hati atau sekum
    4. Stadium berflagela, terdapat di lumen sekum, tunggal atau berkelompo, amuboid, jumlah flagela bisa sampai empat, sitoplasma berisi butiran makanan (bakteri, eritrosit dll)
  • Induk semang parasit adalah bangsa unggas, terutama kalkun dan ayam. Pada kalkun parasit ini menyebabkan parasit black head atau enterohepatitis.
  • Habitatnya pada sekum dan hati
  • Sebagai vektor adalah cacing Heterakis gallinarum

Siklus Hidup

  • Dimulainya dengan tertelannya Histomonas bentuk flagela (tropozoit) yang berada pada lumen sekum kalkun oleh cacing Heterakis betina.
  • Dari dalam usus cacing, Histomonas mengadakan penetrasi ke ovarium dan mengadakan perbanyakan diri di dalam ovarium cacing. Dari ovarium protozoa keluar dari tubuh cacing brsama ovum cacing yang keluar bersama feses induk semang
  • Induk semang baru (kalkun) tertular karena memakan telur cacing yang berisi Histomonas in. Didalam usus kalkun Histomonas keluar bersamaan dengan pecahnya telur cacing menuju ke lumen sekum dan menembus dinding sekum dan berkembangbiak di sekum sebagian ada yang ikut aliran darah menyebar ke hati

BAB II

SARCODINA, CILIATA DAN APICOMPLEXA SALURAN PENCERNAAN

Genus: Entamoeba

Spesies : E. Histolytica

  • Induk semangnya adalah  manusia dan primata lain
  • Menyebabkan desentri pada manusia, anjing dan kucing
  • Habitat pada usus halus dan besar, khususnya pada kolon dan rektum
  • Kista dewasa berinti 4, mempunyai badan kromatin yang panjang seperti cambuk
  • Gerakan cepat, pseudopodia membentuk jari tangan
  • Tidak semua spesies ini patogen, strain yang patogen bentuk tropozoitnya mempunyai kemampuan menembus jaringan

Spesies : E.coli

  • Merupakan spesies yang tidak patogen.
  • Induk semang manusia dan hewan lain
  • Habitat pada sekum dan kolon
  • Gerakan lamban. Pseudopodia tidak membentuk jari tangan.
  • Kista dewasa berinti 8, badan kromatin berujung agak bulat

Siklus Hidup

  • Induk semang tertular parasit karena menelan bentuk kista dewasa, kista dalam lumen usus mengalami ekskistsi, setiap inti mengadakan pembelahan ganda sehingga jumlah inti menjadi 8, pembelahan inti diikuti sitoplasma. Bentuk ini disebut stadium metakista. Metakista berkembang menjadi lebih besar yang disebut stadium tropozoit. Bentuk tropozoit selanjutnya tetap tinggal di lumen usus atau menembus mukosa usus. Kemampuan menembus (berinvasi) jaringan ini yang membedakan strain yang patogen dan yang tidak patogen.
  • Tropozoit bergerak mencari makan, tumbuh dan memperbanyak diri secara pembelahan ganda
  • Stadium tropozoit selanjutnya berkembang menjadi stadium prekista, bentuk tubuhnya membulat dan ukurannya mengecil. Bentuk prekista berinti satu.
  • Dari prekista organisme membulat membentuk kista. Mula-mula kista berinti satu selanjutnya inti megadakan pembelahan ganda dari satu inti menjadi dua membelah lagi menjadi empat kemudian delapan atau lebih tergantung spesiesnya. Kista akan keluar bersama feses penderita
  • Beberapa tropozoit dari strain yang patogen selain menembus mukosa usus, bersama aliran darah mampu mencapai organ lain, seperti hati, paru-paru, otak dan organ lain. Di organ tersebut mengadakan invasi, menginfeksi sel-sel organ serta membentuk abses

Genus : Balantidium

  • Anggota dari genus Balantidium bantuk vegetatifnya (tropozoitnya) mempunyai bentuk oval sampai elips.
  • Seluruh permukaan tubuh tertutup silia yang tersusun seperti deretan longitudinal, dimana silia merupakan alat gerak (lokomosi)
  • Mempunyai 2 inti, yaitu : makronukleus yang berbentuk halter dan mikronukleus yang berbentuk bulat, bertanggung jawab dalam proses reproduksi
  • Reproduksi (perkembangbiakan) dengan cara pembelahan ganda atau dengan konjugasi
  • Stadium vegetatif mempunyai peristom(mulut) terletak di ujung anterior
  • Biasanya merupakan parasit pada usus besar manusia, babi dan kera, serta bersifat pathogen
  • Selain mempunyai tropozoit, parasit juga mampu membentuk kista

Spesies : Balantidium coli

  • Mempunyai 2 stadium perkembangan , yaitu tropozoit dan kista. Pada stadium tropozoit (vegetatif) makronukleus berbentuk halter, sitoplasma berisi beberapa vakuola makanan da 2 vakuola kontraktil. Stadium kista berbentuk ovoid sampai sperikal, di dalam kista masih telihat makronukleus, mikronukleus dan vakuola kontraktil. Silia tidak terlihat, tertutup dindig kista, dinding kista terdiri dari 2 membran
  • Parasit mnyerang babi dan golongan primata tinggi termasuk manuasia
  • Habitat parasit dalam induk semang di lumen kolon, induk semang tertular parasit karena menelan bentuk kista yang mencemari makanan dan minuman.

Famili Eimeriidae

  • Organisme dari parasit ini sebagian besar adalah parasit intraseluler dari sel epithel usus, beberapa pada sel lain seperti epithel saluran empedu dan ginjal
  • Parasit bersifat single host (hospes tunggal) artinya satu spesies dari parasit ini dalam satu siklus hidupnya hanya memerlukan satu induk semang
  • Perkembangan aseksual (secara skizogoni) dan seksual (gametogoni) yang ditandai dengan terbentuknya makrogamet dan mikrogamet serta bergabungnya kedua gamet tersebut menjadi zigot (ookista), terjadi di dalam sel epithel usus. Proses sporulasi (sporogoni) yang ditandai dengan terbentuknya spora (sporokista dan sporozoit) di dalam ookista terjadi di luar induk semang.
  • Famili Eimeriidae beranggotakan beberapa genus. Pengelompokan ke dala genus ini terutama berdasarkan pembentukan spora dalam stadium ookista, jumlah sporokista dengan masing-masing sporokista berisi satu atau lebih sporozoit. Genus-genus yang penting antara lain :
    1. Eimeria, ookista yang berspora mempunyai 4 sporokista dan tiap-tiap sporokista mengandung 2 sporozoit
    2. Isospora, stadium ookista bersporanya mempunyai 2 sporokista, masing-masing sporokista berisi 4 sporozoit
    3. Tyzeria, ookistanya tidak mempunyai sporokista tetapi terdapat 8 sporozoit
  • Berikut ini adalah ciri-ciri morfologis dari stadium ookista:
  1. Ookista mengandung satu zigot. Ookista keluar dari sel epithel usus induk semang dan dipasasekan keluar bersama feses induk semang dalam keadaan belum berspora
  2. Pada umumnya berbentuk bulat, subsperikal, ovoid atau elipsoid dengan ukuran yang beragam sesuai dengan spesiesnya
  3. Dinding kista terdiri dari 2 lapis yang berbatas jelas. Pada beberapa spesies dinding luar berwarna kekuningan atau kehijauaan dan beberapa ada yang mempunyai jalur-jalur atau titik-titik. Lapisan luar dari dinding ookista terdiri dari protein  dan lapisan dalamnya tersususn oleh lemak
  4. beberapa spesies mempunyai mikrofil. Mikrofil tertutup pleh tutup mikrofil, mempunyai bentukan garis lengkung pada dinding kista ke arah luar yang disebut polar cup
  5. Dalam ookista kadang terdapat organela bahan residu (residual body) dan juga polar granule tergantung jenis spesiesnya
  6. Pada ookista yang berspora terbentuk sporozoit yang terbungkus dalam sporokista. Sporokista pada umumnyaberbentuk oval memanjang yang mempunyai satu atau lebih titik ujung sporokista yang disebut badan stieda (stieda body). Tiap sporokista mengandung sporozoit, jumlahnya tergantung dari genus parasit
  7. Sporozoit bentuknya bengkok seperti koma atau pisang. Sporozit mempunyai vakuola yang bulat dan granular cytoplasma yang berbeda dengan inti. Inti terletak di tengah (sentral)

Siklus Hidup

  • Siklus hidup dimulai dr tertelannya ookista infektif (ookista berspora) oleh induk semang  yang sesuai. Di dalam usus induk semang dinding ookista pecah oleh tekanan dinding usus atau tembolok ayam dan oleh enzim tripsin yang dibebaskan ke dalam usus.
  • Pecahnya dinding ookista menyebabkn tebebasnya sporokista dan membebaskan sporozoit. Sporozoit selanjutnya menembus sel epithel usus pada vili-vili usus. Di dalam epithel usus parasit mengadakan perkembangan secara aseksual (skizogoni) dan seksual (gametogoni)
  • Perkembangan skizogoni.
  • Sporozoit yang masuk ke dalam epithel usus bentuknya berubah menjadi bulat. Bentukan ini disebut tropozoit. Di dalam epithel usus kebanyakan terletak di atas inti sel, beberapa di bawah inti sel
  • Dalam beberapa jam sporozoit akan membelah secara skizogoni membentuk skizon (meron). Skizon pada tahap ini disebut skizon generasi pertama. Pembelahan inti tropozoit pada fase skizogoni terjadi secara mitosis, mula-mula sitoplasma tidak ikut membelah baru setelah dihasilkan banyak anak inti dikelilingi oleh zone yang jelas yaitu sitoplasma. Sel-sel anak dari hasil pembelahan secara skizogoni disebut merozoit. Merozoit dalam skizon generasi pertama disebut merozoit generasi pertama.
  • Dalam sel epithel usus induk semang, skizon dikelilingi oleh dinding yang berbatas jelas dengan organela sel dan sel yang terinfeksi membesar dan mengalami distorsi serta menonjol ke lumen usus. Skizon yang sudah dewasa dindingnya akan pecah bersamaan pecahnya sel epithel usus induk semang.
  • Pecahnya skizon akan membebaskan merozoit, merozoit yang terbebas akan menginfeksi sel epithel baru dan terjadilah siklus aseksual yang sama, membentuk skizon generasi kedua yang nantinya menghasilkan merozoit generasi kedua. Skizon generasi kedua ini dapat meluas ke sel jaringan lain. Pada spesies tertentu skizon generasi lebih besar ukurannya dari generasi pertama. Beberapa merozoit dari generasi kedua akan berkembang menjadi bentuk gametosit
  • Diperkirakan merozoit yang berkembang menjadi gametosit berasal dari skizon yang berbeda yaitu tipe skizon A dan B. Skizon tipe A, mempunyai ukuran yang lebih kecil, mengandung sedikit merozoit yang nantinya akan berkembang menjadi mikrogamet (gamet jantan). Skizon tipe B merupakan skizon yang berukuran besar yang nantinya akan menghasilkan merozoit yang akan berkembang menjadi makrogametosit yaitu sel yang menghasilkan makrogamet (gamet betina). Jumlah mikrogamet umumnya lebih banyak daripada makrogamet
  • Makrogamet ukurannya lebih besa dan sama besarnya dengan ukuran ookista yang nantinya akan dihasilkan.
  • Fertilisasi makrogamet oleh mikrogamet menghasilkan zigot yang disebut ookista, dalam perkembangannya zigot dikelilingi oleh dinding. Jika pembentukan dinding ookista sudah cukup, ookista akan keluar dari sel jaringan dan dipasasekan keluar tubuh induk semang bersama feses. Di luar tubuh induk semang (di alam bebas) ookista mengalami perkembangan secara sporulasi.
  • Sporulasi adalah proses terbentuknya spora dalam ookista. Ookista yang berspora merupakan ookista yang infektif.
  • Protoplasma dari zigot dalam ookista akan memendek dari dinding ookista menjadi bentuk sporont.
  • Sporont membagi dalam beberapa sporoblast. Tahap awal sporoblast berbentuk agak bulat kemudian memanjang menjadi bentuk oval (elips) dan selanjutnya berkembang menjadi sporokista.
  • Protoplasma dalam masing-masing sporokista menjadi 2 untuk Eimeria dan 4 untuk Isospora menjadi sporozoit. Protoplasma dari pembelahan ini beberapa tersisa dan tetaptinggal dalam sporokista yang disebut dengan sporocystic residual body
  • Perkembangan Gametogoni (perkembangan seksual)
  • Perkembangan Sporogoni (sporulasi)

Berikut ini adalah beberapa spesies Eimeria dan Isospora yang penting pada hewan ternak :

  1. Eimeria ninakholyakimovae
    • Menyerang ternak kambing dan domba. Habitat di usus posterior, sekum dan kolon
    • Waktu sporulasi 1-2 hari
  2. Eimeria arloingi
  • Sering menyerang usus halus kambing
  • Waktu sporulasi ookista antara 48-72 jam
  1. Isospora suis
  • Menyerang babi. Habitatnya dalam usus halus
  • Waktu sporulasi 4 hari
  • Menyerang anak sapi
  • Waktu sporulasi 48-72 jam pada temperatur kamar
  • Sering menyerang usus halus dan usus besar sapi, zebra dan kerbau air
  • Waktu sporulasi  3 hari
  1. Eimeria bovis
  1. Eimeria zuernii
  1. Isospora bigemina

Parasit ini menyerang kucing, anjing juga dapat terserang

Stadium perkembangan terjadi di usus halus

Waktu sporulasi 4 hari

  1. Isospora felis
  • Menyerang kucing, harimau dan bangsa kucing lainnya
  • Stadium perkembangan terjadi pada usus halus dan kadang-kadang pada usus besar
  • Waktu sporulasi 4 hari
  • Merupakan koksidia yang paling sering dan patogen pada ayam
  • Stadium perkembangan terjadi di sekum
  • Waktu sporulasi 18 jam
  • Menyerang ayam
  • Pertumbuhan aseksual (skizogoni) terjadi didalam usus halus, sedangkan gametogoni di dalam sekum
  • Waktu sporulasi 2 hari
  1. Eimeria tenella\\
  1. Eimeria necatrix

BAB III

APICOMPLEXA

SARCOCYSTIDAE DAN PLASMODIIDAE

Genus : Toxoplasma

  • Spesies Toxoplasma gondii merupakan satu-satunya spesies dari genus ini, pertama kali ditemukan pada binatang mengerat di Afrika, parasit ini ditemukan sebagai penyebab kongenital pada anak yang baru dilahirkan
  • Protozoa ini termasuk parasit intraseluler obligat. Habitat di semua tipe sel induk semang dan dapat menyerang semua bangsa mamalia termasuk pula manusia dan semua bangsa burung. Kucing dan bangsa feline merupakan induk semang utama sedangkan induk semang lain merupakan induk semang antara.
  • Toksoplasma dimasukkan dalam golongan koksidia karena di dalam siklus hidupnya mengalami perkemangan secara skizogoni, gametogoni dan sporogoni layaknya koksidia yang lain dan perkembangan tersebut terjadi  di usus cacing (induk semang utama)
  • Dalam satu siklus hidupnya ada lima stadium perkembangan, yaitu : skizon, gamon, takizoit, bradizoit dan ookista.  Stadium takizoit/tropozoit berbentuk pisang atau bulan sabit. Stadium ini merupakan stadium multiplikasi, perkembangannya sangat cepat dan biasanya diteukan pada stadium penyakit yang akut.
  • Perkembangbiakan secara endodiogeni. Habitat di semua tipe sel jaringan. Di dalam sel induk semang parasit berada dalam vakuola parasitoforosa dan membentuk akumulasi yang disebut dengan group atau kelompok atau Rosset. Satu grup berisi antara 8-16 takizoit dan setelah mencapai jumlah tersebut kelompok akan pecah bersamaan dengan pecahnya sel induk semang. Takizoit yang terbebas akan menginfeksi sel baru
  • Stadium bradizoit atau sistozoit. Secara morfologis hampir sama dengan takizoit. Berada dalam semua tipe sel. Merupakan stadium istirahat, karena perkembangbiakan stadium ini sangat lamban dan biasanya ditemukan pada keadaan penyakit yang sudah kronis. Perkembangbiakan secara endodiogeni. Di dalam sel induk semang berakumulasi dalam vakuola parasitoforosa dan kumpulan bradizoit ini dalam jumlah yang banyak. Kumpulan bradizoit tersebut dikelilingi dengan masa yang memisahkan parasit dengan organela sel-sel induk semang dan membentuk suatu kista yang selanjutnya disebut dengan kista jaringan. Dalam satu kista jaringan berisi beberapa ratus sampai beberapa ribu bradizoit. Masa pembungkus kumpulan bradizoit tersebut disebut dinding kista. Dinding ini halus tanpa sekat dan tidak tertembus antibodi yang dibentuk induk semang. Stadium kista lebih tahan terhadap faktor lingkungan dibanding dengan bentuk takizoit
  • Bentuk stadium ookista. Dietmukan pada feses kucing penderita. Berbentuk spiral. Waktu sporulasi 2-5 hari tergantung faktor lingkungan. Ookista berspora mempunyai 2 sporokista, masing-masing sporokista berisi 4 sporozoit

Siklus Hidup

  • Induk semang terinfeksi karena menelan ookista berspora atau memakan daging yang berisi kista jaringan (berisi bradizoit) maupu takizoit.
  • Siklus hidup parasit dalam tubuh induk semang terjadi di enteroepithelial (intraintestinal) dan ekstraintestinal
  • Perkembangan intraintestinal

Perkembangan ini hanya terjadi pada induk semang utama, yaitu kucing dan sebangsanya. Takizoit dan bradizoit dalam jaringan (kista jaringan) atau ookista infektif (berspora) yang tertelan oleh kucing akan masuk usus. Oleh adanya enzim proteolotik dalam usus dan lambung kucing dinding kista dan ookista akan hancur dan membebaskan sporozoit dari ookista serta bradizoit dari kista. Zoit yang terbebas (bradizoit, sporozoit) akan menembus lamina propria usus halus kucing dan berubah bentuk menjadi tropozoit/takizoit. Inti tropozoit berkembangbiak secara skizogoni yang menghasilkan skizon. Skizon yang pecah akan membebaskan merozoit, merozoit akan menginfeksi sel-sel baru. Ada 5 tipe merozoit yang menginfeksi sel usus (A-E). Tipe D dan E memproduksi gamet, pada umumya ditemukan pada villi usus terutama ileum. Gamet jantan (mikrogamet) akan membuahi gamet betina (makrogamet). Pembuahan meghasilkan zigot dan selanjutnya disebut ookista. Ookista dilepas ke lumen usus dan keluar  bersama feses kucing. Di luar tubuh kucing pada kondisi yang optimal, ookista bersporulasi menjadi ookista infektif. Dalam lingkungan yang sesuai ookista ini dapat bertahan sampai 1 tahun

  • Perkembangan ini terjadi baik pada kucing maupun hewan lain, termasuk manusia. Sporozoit yang dilepas dari ookista dan bradizoit yang dilepas dari kista jaringan yang tertelan menembus dinding usus dan membelah secara endodiogeni dalam lamina propria sebagai takizoit. Takizoit membelah secara cepat. Takizoit ikut bersama aliran peredaran darah dan cairan limfe dan menginfeksi semua organ. Organ yang pertama kali terinfeksi yaitu  limfonodus mesenterika diikuti organ-organ lain seperti hati, paru-paru, lien, otak dan jaringan lainnya. Bersamaan dengan perkembangan kekebalan (imunitas) induk semang, bentuk takizoit berubah menjadi bentuk bradizoit yang berkelompok membentuk kista jaringan.

FAMILI PLASMODIIDAE

Genus : Plasmodium

  • Menyebabkan malaria termasuk pada manusia,  pada ayam menyebabkan penyakit malaria juga.
  • Skizogoni terjadi pada sel darah merah bangsa burung sedang gametogoni serta sporogoni terjadi di dalam saluran pencernaan invertebrata penghisap darah (Nyamuk Aedes)
  • Bentuk gametosit bundar, mempunyai pigmen granul yang relatif besar
  • Bentuk skizon bundar atau tidak beraturan dan menghasilkan 8-3 merozoit. Siklus skizogoni 36 jam
  • Stadium eksoeritrosit terjadi pada sel endothel dan sel RES pada lien, otak dan liver

Siklus Hidup

  • Sporozoit yang infektif tidak langsung masuk ke dalam eritrosit, tetapi berkembang di luar eritrosit (bentuk eksoeritrositik) yaitu di dalam sel endothel berkembang secara skizogoni membentuk skizon. Skizon yang pecah akan membebaskan merozoit, bersamaan pecahnya sel induk semang.
  • Merozoit yang berasal dari bentuk pre eritrosit skizon generasi pertama disebut metakriptozoit, kemudian merozoit yang berasal dari metakriptozoit masuk ke dalam eritrosit dan sel lain dan selanjutnya menjadi bentuk skizon eksoeritrositik .
  • Siklus eritrositik terjadi 7-10 hari setelah infeksi oleh merozoit dari metakriptozoit, tetapi waktu tersebut berbeda apabila infeksi oleh merozoit dari skizon eksoeritrosit dari sel endothel maupun sel hematopoetik. Di dalam eritrosit bentuk merozoit berubah menjadi bentuk tropozoit, yang mempunyai bentuk bundar berisi vakuola yang besar mendesak sitoplasma daripada parasit.nti terletak pada salah satu ujungnya dan disebut signetring, terlihat dengan pewarnaan Romanowsky.
  • Bentuk tropozoit mengalami proses skizogoni menghasilkan merozoit. Selama proses skizogoni parasit berada di dalam sitoplasma sel induk semang oleh proses invaginasi. Hemoglobin dicerna dan residual hematin pigmen akan terkumpul di dalam granula daripada vakuola makanan.
  • Setelah generasi aseksual, maka merozoit mengalami perkembangan seksual dengan pembentukan mikrogametosit dan makrogametosit, kedua gamet mengadakan fertilisasi menjadi bentuk zigot. Perkembangan gametosit terjadi bila darah termakan oleh nyamuk. Perkembangan di dalam tubuh nyamuk berlangsung cepat, dalam waktu 10-15 menit, inti dari mikrogamet sudah membelah dan mengalami proses eksflagellasi, bentuknya panjang dan tebal, kemudian membuahi makrogamet. Hasil pembuahan mikrogamet oleh makrogamet berupa zigot.
  • Zigot yang terbentuk disebut ookinet. Ookinet selanjutnya mengaakan penetrasi ke mukosa midgut (saluran pencernaan bagian tengah) kemudian tinggal di  permukaan stomach, dalam bentuk ookinet dengan diameter 50-60 mikron. Inti ookinet akan membelah dan menghasilkan sejumlah besar sporozoit, yang mempunyai panjang 15 mikron dan inti terletak di tengah. Pendewasaan dari ookinet tergantung dari spesies parasit, temperatur dan spesies nyamuk, pada umumnya ke glandula salivaria (di dalam sel atau pada ductus glandula salivaria) bentuk ini infektif pada induk semang yang baru.

Genus : Haemoproteus

Haemoproteus menyerang burung dan reptilia. Genuss ini menyerupai Plasmodium. Berbeda dengan Plasmodium, skizogoni dari genus Haemoproteus tidak terjadi di sel-sel darah perifer, tetapi pada sel endotel dari organ dalam. Di darah perifer hanya bentuk gametosit. Gametosit terjadi pada eritrosit, terbentuk seperti halter dan tampak mengelilingi inti sel induk semang. Adanya granula berpeigmen. Skizogoni terjadi pada sel endothel dari pembuluh darah khususnya paru-paru.

Perkembangan seksual dan sporogoni juga terjadi pada insekta penghisap darah. Prasit ditularkan melalui lalat Hippobosca, Pseudolyncia canariensis.

Spesies anggota dari genus ini diantaranya adalah H. Colimbae, H. Lophotyx, H. Meleagridis, H.nettianis, H. Sacharovi. Spesies yang terpenting adalah H.columbae, yang menyerang burung peliharaan dan merpati, distribusinya diseluruh dunia.

Siklus Hidup

Dimulai dengan tergigitnya induk semang (burung) oleh vektor yang terinfeksi. Sporozoit dalam tubuh vektor lalat (lalat Hippobosca) yang terinfeksi maka sporozoit masuk ke dalam aliran darah dan bersama aliran darah masuk sel-sel endothel, terutama paru-paru (juga organ lain). Di dalam sel endothel berkembang menjadi bentuk skizont. Dalam beberapa menit sudah terbentuk sitoplasma dan satu nukleus. Pertumbuhan selanjutnya nukleus tumbuh menjadi 15 atau lebih yang berbentuk kecil dan mempunyai masa yang tidak berpigmen yang disebut sitomer dengan satu nukleus. Tiap-tiap satu sitomer secara kontinyu berkembang menghasilkan merozoit. Merozoit yang terbebas karena pecahnya sel induk semnag akan menginfeksi sel baru dan berkembang terus secara skizogoni atau sebagian merozoit masuk ke dalam eritrosit. Di dalam eritrosit merozoit berkembang menjadi berbentuk gametosit (makrogametosit dan mikrogametosit). Gametosit yang muda tampak pertama kali dalam darah 30 hari setelah infeksi. Gametosit terhisap oleh vektor yang menggigit induk semang dan gametosit ini mengalami pendewasaan di dalam usus vektor. Zigot hasil pembuahan makrogamet oleh mikrogamet dewasa, masuk ke dalam sel endothel usus vektor membentuk ookista (ookinet). Dalam ookista terbentuk sporozoit dan ookista dewasa akan pecah membebaskan sporozoit. Sporozoit masuk  ke haemocoel dan akhirnya mencapai ke glandula salivaria.

Genus Leucocytozoon

Sama seperti Haemoproteus, skizogoni tidak terjadi di darah perifer, tetapi hanya bentuk gametositnya saja yang terlihat di perifer, perbedaannya bentuk gametosit selain  terlihat di eritrosit juga terlihat di leukosit, gametosit bulat atau memanjang dan tidak begranula. Genus ini meyerang unggas terutama burung, kalkun, angsa dan bebek. Bentuk merozoit dan skizon berada di sel parenkim dari hepar, jantug, ginjal dan organ lain. Penularan melalui lalat Simulium atau Culicoides, Leucocytozoon penyebab penyakit Malaria like disease (Leucocytozoonosis) yang berakibat fatal pada burung.

Spesies dari anggota ini antara lain : L.simondi, Lcaulleryi, L.sabrozesi dan L.smithi.

BAB IV

APICOMPLEXA (BABESIIDAE DAN THEILERIIDAE) DAN ANAPLASMA

Protozoa dari kelompok ini berbentuk seperti buah peer (piriform), cincin atau amoeboid, tidak mempunyai konoid tetapi mempunyai cincin polar atau roptri. Merupakan heteroseknosa dan dalam vertebrata habitatnya di eritrosit dan sel lain. Skizogoni terjadi di vertebrata sedangkan sporogoni di invertebrata dalam hal ini caplak (sebagai vektor biologis)

FAMILY : BABASIDAE

Organisme dari famili Babasidae berbentuk bulat pyriform (seperti buah peer) atau amoeboid. Terdapat dalam sel darah merah induk semang. Perkembangbiakan terjadi di dalam sel darah merah (eritrosit) secara pembelahan ganda atau secara skizogoni. Penularan parasit melalui vektor caplak Ixodidae atau Argasidae.

Morfologi

Anggota famili Babasidae merupakan satu kelas (sporozoa) dengan parasit darah yang lain.Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari famili Plasmodiidae. Bentuknya bervariasi tergantung spesiesnya, bentuk-bentuk tersebut antara lain: tidak beraturan (amuboid), bulat lonjong, oval, seperti buah peer atau kadang seperti batang. Tidak membentuk spora dan tidak berflagela. Dengan pewarnaan Giemsa, inti terlihat berwarna biru dan sitoplasma berwarna merah.

Siklus Hidup

Induk semang tertular karena tergigit vektor (caplak) yang terinfeksi. Caplak yang terinfeksi parasit, didalam kelenjar ludahnya mengandung sporozoit. Pada saat capak menghisap darah induk semang, sporozoit dalam ludah ikut masuk dalam aliran darah induk semang dan selanjutnya masuk ke dalam eritrosit. Dalam eritrosit, parasit semula berentuk cincin dan berkembang menjadi bentuk amuboid yang disebut tropozoit. Tropozoit berkembang biak dengan jalan bertunas meghasilkan 2 sel anak yang berbentuk tidak beraturan dan menyerupai buah peer, di mana pertama-tama salah satu ujungnya berhubungan, tapi akhirnya saling melepaskan diri dan berpisah. Tiap indivisu yang berpisah disebut merozoit. Parasit memecah eritrosit, merozoit yang terbebas meembus sel darah merah yang baru. Hal ini merupakan awal dari siklus aseksual dari skizogoni.

Fase gametogoni terjadi  di dalam tubuh caplak. Apabila caplak menghisap darah induk semang terinfeksi, eritrosit yang berisi parasit akan ikut menghisap darah induk semang terinfeksi, eritrosit yang berisi parasit akan ikut terhisap dan masuk dalam usus caplak. Dari sini dimulai awal dari fase gametogoni. Setelah terlepas dari eritrosit (karena proses pencernaan), merozoit (bentuk buah peer) menembus sel-sel epithel usus caplak. Di dalam sel epithel usus caplak parasit berkembang menjadi stadium gametosit dan menghasilkan makrogamet serta mikrogamet. Dua gamet mngadakan pembuahan menghasilkan zigot yang berbentuk seperti bola. Zigot berkembang dan berubah menjadi ookinet. Ookinet mengadakan migrasi melalui dinding usus kemudian masuk ke dalam uterus dan akhirnya masuk ke dalam sel telur caplak. Dari sini dimulai fase sporogoni yang akan menghasilkan sporoblas yang disebut sporokinet. Sementara caplak muda mengalami perkembangan dalam telur, sporoblas bertumbuh terus dengan inti membelah berkali-kali membentuk vermukula yang berinti banyak, keadaan ini menghasilkan sporozoit. Sporozoit selanjutnya bermigrasi ke kelenjar ludah. Bila caplak telah menetas dan menghisap darah untuk yang pertama kalinya maka sebagian besar sporozoit akan masuk ke dalam aliran  darah dari induk semang.

Genus : Babesia

Organisme ini mengalami perbanyakan diri di dalam eritrosit, pembelahan secara aseksual menghasilkan 2, 4 atau lebih sel anak yang tidak berpigmen. Vektornya adalah caplak Ixodidae.

Babesia yang menyerang sapi antara lain B. bigemina, B.bovis, B. divergens, B. Argentina, B.mayor.  Pada kambing dan domba terdapat 4 spesies babesia, 1 spesies ukurannya besar sedang 3 lainnya kecil yaitu B.motasi, B.ovis, B.foliata dan B.taylori. Pada kuda hanya ada 2 spesies yaitu B.caballi dan B.equi. Pada babi ada 2 spesies B. Trautmani dan B.perrocacitai. Pada anjing dan kucing antara lain B. Canis, B.gibsoni, B.vigoli da B.felis

FAMILY  : THEILERIDAE

Genus : Theileria

Anggota dari famili Theileridae merupakan parasit darah pada mamalia. Parasit ini ditularkan oleh caplak keras dari famili Ixodidae. Bentuk parasit bundar (bulat), ovoid, seperti tongkat atau tidak beraturan. Habitat (predileksi) dalam induk semang yaitu pada eritrosit, leukosit dan histiosit. Hewan yang biasa diserang yaitu sapi, kambing dan domba.

Siklus Hidup

Induk semang tertular karena digigit caplak yang di dalam kelenjarnya terdapat porozoit theileria. Bersama aliran darah, sporozoit menuju ke jaringan (organ) limfoid khususnya kelenjar limfa dan lien, berkembang secara skizogoni membentuk skizon yang sering disebut dengan badan biru Koch (Koch blue bodies). Badan tersebut dapat terlihat dalam limfosit dalam sirkulasi darah 3 hari setelah infeksi. Ada 2 tipe skizon, makroskizon dan mikroskizon. Makroskizon hanya terjadi di sel-sel limfoid. Tiap makroskizon dapat menghasilkan sekitar 90 makromerozoit. Beberapa dari merozoit menginfeksi sel-sel limfoid yang baru, terutama yang terdapat dalam jaringan dan membentuk mikroskizon lagi. Sebagian merozoit yang lain masuk dalam limfosit dan berdiferensiasi menjadi tropozoit (atau disebut juga piroplasma). Di dalam eritrosit tropozoit tidak mengalami perbanyakan.  Apabila ada caplak yang menghisap darah induk semang terinfeksi, di dalam saluran usus caplak, tropozoit terbebas (karena eritrosit tercerna) dan berkembang secara gametogoni. Menghasilkan ookinet sama seperti Haemosporina. Untuk sementara waktu ookinet berkembang dalam sel-sel usus caplak, selanjutnya bermigrasi dan mengadakan penetrasi ke kelenjar ludah caplak di mana proses sporogoni terjadi. Sporogoni menghasilkan sporozoit yang siap menginfeksi induk semang baru bersama gigitan caplak.

Spesies dari Theileria yaitu T.parva, T.annulata dan T.mutans.

Genus : Anaplasma

Ada 3 spesies penting yaitu A. marginale, A.centrale dan A.ovis.

Parasit berbentuk bulat, mempunyai sitoplasma tapi tampak adanya hal yang melingkarinya. Dengan pewarnaan Giemsa terlihat seperti titik warna merah sampai merah gelap. Habitat parasit dalam eritrosit (a.centrale di sentral eritrosit, A.marginale dan A.ovis di tepi eritrosit). Ternak yang terserang antara lain sapi, kambing, domba dan rusa. Perkembangbiakan parasit dalam sel darah merah terjadi secara pembelahan ganda atau kadang-kadang multiple fission.

Daerah penyebaran meliputi semua daerah tropis dan subtropis. Penularan parasit melalui caplak Ixididae (Boophilus sp, Dermacentor sp, Hyaloma sp, Riphicephalus ap, Ixodes sp). Dapat pula ditularkan secara mekanik yaitu oleh lalat Tabanus, Stomoxys dan lalat penghisap darah lain, dan hal ini biasanya terjadi pada saat kastrasi, pemotongan tanduk (dehorning), vaksinasi atau pengambilan darah.

,

ENTOMOLOGI

Adalah ilmu yang mempelajari tentang filum Arthropoda (Arthros berarti persendian, podos berarti kaki)

Morfologi

  • Kaki arthropoda biramous (protopodite)
  • Arthropoda mempunyai penutup luar dari chitin yang membentuk eksoskeleton yang menutupi seluruh tubuhnya.
  • Penutup yang dihasilkan oleh sel chitogenous masuk ke dalam mulut di saluran pencernaan disebut stomodaeum, kemudian ke belakang saluran pencernaan (proctodaeum)
  • Eksoskeleton berbentuk lempengan-lempengan  chitin yang disebut dengan sclerites. Segmen tipis bagian dorsal disebut tergum, sclerite ventral disebut sternum, sclerite lateral antara sternum dan tergum disebut pleura. Ekdisis adalah pelepasan eksoskeleton yang dipengaruhi oleh hormon ekdison.
  • Arthropoda mempunyai banyak segmen pada bagian antrior membentuk kepala, bagian tengah membentuk thorax, pada bagian posterior membentuk abdomen. Pada kepala terdapat antenna dan alat makan, pada thorax terdapat alat jalan dan pada abdomen terdapat alat untuk berenang.
  • Terdapat haemocoele yaitu rongga berisi darah yang merendam organ-organ didalamnya.
  • Terdapat organ respirasi
  1. Gills, pada arthropoda akuatik stadium larva, nimfa dan dewasa.
  2. Trachea, untuk mengambil  udara yang masuk dari stigmata
  3. Lung book dan gills book  (insang buku)  pada laba-laba dan kepiting
  4. kutikula, pada tungau
  • Saluran cerna (stomodaeum, proctodaeum, mesenteron)
  • Alat ekskresi. Pada crustacea terdapat sepasang nefridia. Pada insecta terdapat tubulus malphigi yang bermuara pada anterior proctodaeum
  • Jenis kelamin terpisah

Filum Arthropoda memiliki 5 kelas

Kelas I: Crustacea, yang terbagi atas sub kelas Entomostraca (crustacea kecil) dan sub kelas Malacostraca (rajungan, udang dan kepiting)

Kelas II : Myriapoda (kelabang dan lipan)

Kelas III : Insecta (lalat dan nyamuk)

Kelas IV : Arachnida (caplak, tungau)

Kelas V : Pentastomida (lintah)

INSECTA

Anatomi :

1. Kepala

  • Terdiri dari sejumlah lempengan sklerit pada bagian depan tubuh
  • Letak mata  diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pertama,  mata majemuk yang terletak ditengah-tengah (holoptik) dan yang terpisah jauh (dichoptic). Yang kedua adalah mata sederhana (ocelli) yang terletak pada sudut.

2. Antenna

  • Diantara/didepan mata majemuk
  • Kadang terdapat bulu aristae

3. Mulut, terdiri atas beberapa bagian, antara lain”

  • Labrum (bibir atas) atau maksilla
  • Labium (bibir bawah) atau mandibulla
  • Di bawah labrum terdapat membran yaitu epipharing sebagai alat pengecap
  • Di atas labium terdapat membran yaitu hipopharing sebagai saluran kelenjar ludah
  • Gabungan maksilla dan labium terdapat palpi sebagai alat pengecap.

4. Thorax

  • Terdapat 3 segmen pada thorax yaitu, prothorax, mesothorax, dan metathorax.
  • Pada tiap segmen terdapat sepasang kaki
  • Pada mesothorax dan metathorax terdapat sepasang sayap

5. Kaki

  • Terdiri atas tulang trochanter, femur, tibia, tarsus.
  • Tarsus mempunyai 5 persendian, pada segmen terakhir terdapat kuku, dimana diantara kuku terdapat bantalan duri atau bulu.

6. Sayap

Ditunjang oleh vena yang merupakan trachea (saluran nafas insecta).

7. Abdomen

8. Sistem respirasi

Trachea yang berhuungan dengan udara luar melalui stigmata atau spirakel pada tiap segmen

9. Saluran pencernaan terdiri atas

  • Stomodaeum (rongga mulut, kelenjar saliva, epipharing dan hipopharing, pharing, proventrikulus, tembolok)
  • Mesenteron (usus tengah, ujung posteriornya terdapat cincin saluran malphigi untuk alat ekskresi)
  • Proctodaeum (usus belakang dan rectum)

10. saluran vascularisasi

Terdapat jantung di dorsal tubuhnya

11. Sistem syaraf

Terdapat rantai ganglia ventral dan disini menyebar syaraf ganglia thorax  dan abdomen berfusi.

12. Sistem reproduksi

  • Pada jantan terdapat 2 buah testis, masing-masing dengan vas deferens, vesicula seminalis dan penis
  • Pada betina terdapat 2 buah ovarium menuju ovipositor
  • Sebagian insekta ovariparus dan sebagian pupiparus (megeluarkan larva dan segera menjadi pupa. Larva dipelihara di oviduk.  Uterus menghasilkan air susu dimana larva menyusu.

Metamorfosis dibagi menjadi dua :

  1. Lengkap. Bentuk yang menetas dari telur disebut larva, larva kemudian tumbuh menjadi bentuk diam (pupa), selanjutnya di dalam pupa terbentuk imago (dewasa).
  2. Sederhana. Bentuk yang menetas dari telur meyerupai bentuk dewasa disebut nimfa yang selanjutnya berganti kulit menjadi imago.

Macam-macam larva

1. Larva polipod (contohnya ulat dan kupu-kupu)

  • Mempunyai kepala yang jelas
  • Thorax terdapat 3 segmen, masing-masing terdapat kaki
  • Abdomen 10 segmen  terdapat 5 pasang kaki kait berotot (proleg)

2. Larva oligopod (contonya kumbang)

  • Kepala jelas
  • Thorax terdapat 3 pasang kaki
  • Tidak terdapat kaki pada abdomen

3. Larva apodus (contohnya lalat rumah dan semua diptera)

  • Tidak terdapat kaki pada thorax dan abdomen
  • Kepala rudimenter
  • Sering disebut maggot

Macam-macam pupa

1. Pupa exarate (contohnya kumbang)

  • Pupa aktif
  • Sayap dan kaki insekta dewasa dapat dilihat dari luar

2. Pupa obtactat (contohnya kupu-kupu)

Kaki dan sayap terikat pada tubuh dan mengalami moulting tetapi biasanya dapat dilihat dari luar

3. Pupa coarctate (contohnyaa famili Cyclorrapha)

Pupa terbungkus kulit larva terakhir yang disebut puparium

Kulitnya mengeras, insekta didalamnya tidak dapat terlihat

Kelas Insecta terbagi menjadi Sub kelas Apterygota (tidak bersayap) dan sub kelas Pterygota (bersayap)

Sub kelas Pterygota dibagi menjadi 2 klasifikasi:

1. Exopterygota

  • Sayap berkembang di luar
  • Metamorfosis sederhana
  • Jarang pada tingkat pupa
  • Contohnya kutu buku, kutu busuk dan rayap

2. Endopterygota

  • Sayap berkembang di dalam
  • Metamorfosis lengkap
  • Mengalami tingkat pupa
  • Contohnya insecta ordo Diptera

Ordo :

  1. Coleoptera (contohnya kumbang)
  2. Hymenoptera (contohnya tawon)
  3. Lepidoptera (contohnya kupu-kupu)
  4. Neuroptera (contohnya lace wings)
  5. Siphonaptera (contohnya pinjal)
  6. Diptera (contohnya lalat)

Ordo : Diptera

  1. Sub Ordo : Nematocera
    1. Famili : Culicidae

Genus : Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia, Armigeres

    1. Famili : Ceratopogonidae

Genus : Culicoides

    1. Famili : Psychodidae

Genus : Phlebotomus

    1. Famili : Simuliidae

Genus : Simulium

  1. Sub Ordo : Brachycera
    1. Famili : Tabanidae

Genus : Tabanus, Haematopota, Chrysops

  1. Sub Ordo : Cyclorrapha
    1. Famili : Muscidae

Genus : Musca, Stomoxys, Haematobia

    1. Famili : Glossinidae

Genus : Glossina

    1. Famili : Calliphoridae

Genus : Lucillia, Phormia, Chrysomia, Sarchopaga

    1. Famili : Oestridae

Genus : Oestrus, Hypoderma, Cephalopsis, Pharyngobolus

    1. Famili : Cuterebridae

Genus : Dermatobia, Cuterebra

    1. Famili : Hypoboscidae

Genus : Hippobosca, Malophagus

Sub Ordo Nematocera

1. Famili Culicidae

  • Antenna terdiri atas 14-15 segmen, berbulu pada yang jantan
  • Probosis panjang
  • Sayapnya terdapat sisik
  • Siklus hidup : telur ditetaskan di atas air dan di atas tanaman yang mengapung setelah telur menetas kemudian menjadi larva. Larvanya telah memiliki kepala, thorax dan abdomen yang jelas. Pada kepala terdapat mata, antenna dan beberapa rambut. Bagian mulut merupakan alat pengunyah. Thorax tidak bersegmen dan memiliki bulu-bulu. Terdapat stigmata yang berhubungan dengan trachea. Larva mengalami pergantian kulit sampai dengan 4 kali, kemudian berubah menjadi pupa. Pupa tidak aktif seperti pada saat menjadi larva. Pada bagian apeks dorsal pupa bertaut dengan bagian lateral stigmata mencuatlah sepasang lubang atau terowongan pernafasan, pupa bernafas melalui lubang tersebut. Perkembangan selanjutnya adalah menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa betina perlu menghisap darah untuk pematangan telur. Nyamuk betina dewasa tertarik oleh radiasi panas kulit induk semang.

2. Famili Ceratopogonidae

  • Mempunyai ukuran kecil
  • Pada nyamuk jantan disebut juga dengan nyamuk penggigit, disebut juga dengan lalat pasir bersama dengan Simuliidae
  • Probosis pendek digunakan untuk menghisap darah
  • Mandibula sebagai penggunting
  • Sayapnya tidak bersisik tetapi berbulu
  • Siklus hidup : telur diletakkan berkelompok pada pasir yang basah, lumpur, kolam, aliran sungai atau kotoran ternak. Telur kemudian berkembang menjadi larva. Larva menyerupai cacing, berwarna putih, thoraxnya terdiri atas 3 segmen, abdomen 11 segmen, segmen terakhir terdapat spina sebagai alat pergerakan, larva bernafas melalui kulit. Selanjutnya larva berubah menjadi pupa. Pada pupa terdapat terompet respirasi, keseluruhan pupa ditutupi oleh spina. Perkembangan selanjutnya menjadi dewasa, dimana setelah menjadi dewasa banyak berperan dalam penyebaran berbagai penyakit.

3. Famili Simuliidae

  • Disebut juga dengan lalat hitam (black flies) atau disebut juga dengan nyamuk kerbau.
  • Probosis pendek
  • Antenna pendek
  • Sayap tidak bersisik dan tidak berbulu
  • Tubuh ditutupi dengan bulu berwarna perak
  • Siklus hidup: telur diletakkan pada batu atau  tanaman yang dekat dengan permukaan air . Telur berkembang menjadi larva. Larva bersifat carnivora. Bagian anterior larva terdapat mulut yang dilengkapi organ yang menyerupai sikat. Pada bagian ventral larva terdapat proleg yang mempunyai kait sebagai alat pergerakan. Larva mengalami pergantian kulit sampai dengan 6 kali. Larva selanjutnya berubah menjadi pupa obtacte. Pupa memiliki saluran pernafasan dorsal dan ventral. Pupa selanjutnya menjadi lalat dewasa.
  • Lalat dewasa berpotensi mengakibatkan penyakit akut pada sapi yag ditandai dengan ptechiae hemoragica, karena terdapat toxin Simulium. Penyakit tersebut mengakibatkan kematian ternak. Lalat dapat juga menyerang rongga hidung sampai dengan paru-paru. Pada lalat betina lalat dapat juga menyerang puting susu. Pada unggas dapat menimbulkan anemia.
  • Lalat aktif pada pagi dan sore hari, pada siang hari lalat beristirahat di bawah pohon.

4. Famili Psycodidae

  • Disebut juga denga lalat pasir atau juga disebut dengan nyamuk burung hantu
  • Ukurannya kecil
  • Tubuh dan sayapnya berbulu
  • Memiliki kaki panjang
  • Antenna panjang dan tebal tertutup bulu
  • Siklus hidup : telur dapat ditemukan pada tempat yang lembab. Telur kemudian berkembang menjadi larva. Larva menyerupai ulat, dimana larva memakan kotoran hewan lain atau daun-daun kering. Larva berubah menjadi pupa kemudian menjadi bentuk dewasa.
  • Lalat ini merupakan penerbang yang lemah
  • Aktif pada malam hari. Pada siang hari bersembunyi.

Sub Ordo : Brachycera

Famili Tabanidae

  • Disebut dengan lalat kuda atau breeze fly
  • Memiliki ukuran yang besar
  • Mata pada lalat jantan berdekatan (holoptik) sedangkan pada yang betina berjauhan (dichoptik)
  • Sayap kuat dan gesit
  • Pada genus Chrysop sayap mempunyai pita gelap, mata berwarna metalik. Genus Haematopota pada sayapnya terdapat bercak-bercak halus. Genus Tabanus memiliki sayap yang terang dan tembus, serta terdapat garis longitudinal coklat di abdomen.
  • Siklus hidup : telur diletakkan di bawah daun di dekat air. Telur menetas menjadi larva yang jatuh ke air atau lumpur. Larva bersifat carnivora,  yang memakan crustacea kecil, bahkan memakan sesama larva. Larva mengalami pergantian kulit beberapa kali, selanjutnya menjadi pupa, lalu menjadi dewasa.
  • Lalat jantan menghisap madu sedangkan lalat betina menghisap darah.

Sub Ordo : Cyclorrapha

1. Famili Muscidae

1.1Genus Musca

Spesies Musca domestica

  • Lalat rumah biasa
  • Thorax abu-abu kekuningan sampai dengan abu-abu gelap. Mempunyai 4 garis longitudinal yang lebarnya sama
  • Abdomen warna dasarnya kekuningan dan garis hitam di median. Pada yang betina garis hitam di kedua sisinya difus.
  • Mulut sebagai alat penyerap cairan makanan. Sebelum menghisap lalat mengeluarkan saliva dan cairan tembolok pada makanan tersebut (vomit drop) sehingga dapat menularkan penyakit.
  • Siklus hidup: telur diletakkan pada kotoran hewan atau manusia atau bahan-bahan organik yang membusuk. Telur berkembang menjadi larva. Larva memiliki stigmata, mengalami 3 kali pergantian kulit. Larva selanjutnya berubah menjadi pupa kemudian menjadi lalat dewasa.
  • Musca domestica bukan merupakan lalat penghisap darah tetapi mengikuti lalat penghisap darah untuk memakan darah yang busuk dan cairan jaringan.

1.2 Genus Stomoxys

Spesies: Stomoxys calcitrans

  • Dikenal sebagai lalat kandang
  • Thorax berwarna abu-abu mempunyai 4 garis longitudinal yang gelap
  • Pada abdomen terdapat 3 bintik hitam pada segmen kedua dan ketiga
  • Siklus hidup: Stomoxys meletakkan telurnya pada kotoran kuda tetapi lalat lebih suka menaruh pada tanaman membusuk terutama bila terkontaminasi urin. Telur berkembang menjadi larva. Pada larva stigmata terpisah jauh. Larva berkembang menjadi pupa kemudian menjadi lalat dewasa.
  • Lalat jantan dan betina adalah lalat penghisap darah.

1.3 Genus Haematobia

  • Merupakan lalat muscidae penghisap darah paling kecil
  • Mukanya perak abu-abu.
  • Thorax perak abu-abu. Pada bagian median dan lateral terdapat 2 garis gelap yang jelas.
  • Arista berbulu hanya pada bidang dorsalnya
  • Haematobia exigua disebut juga lalat kerbau. Lalat ini mampu memindahkan T.evansi penyebab penyakit Surra
  • Haematobia irritan disebut juga lalat tanduk karena terdapat pada pangkal tanduk atau punggung, bahu dan perut sapi.
  • Lalat ini merupakan lalat penghisap darah dan menyebabkan iritasi karena sobekan yang terus menerus pada kulit
  • Siklus hidup: telur diletakkan pada kotoran sapi atau kerbau. Telur kemudian berkembang menjadi larva. Larva membenamkan diri kedalam kotoran dan makan di dalamnya. Larva berkembang menjadi pupa, kemudian menjadi dewasa.

2. Famili Oestridae

  • Lalat dewasa berambut
  • Bagian mulut rudimenter dan tidak makan
  • Larva bersifat parasitik, biasanya mempunyai kait di mulutnya, tetapi larva tidak memiliki kepala. Larva memakan cairan tubuh dari inang atau eksudat disekitarnya, mengalami 2 kali moulting selanjutnya menjadi pupa kemudian menjadi dewasa.

2.1 Genus Oestrus

Spesies : Oestrus ovis (sheep nasal fly)

  • Warna abu-abu dengan bintik-bintik hitam kecil yang terutama menonjol di bagian thorax dan tertutup rambut coklat muda
  • Larva terjadi pada rongga hidung, kadang-kadang larva diletakkan pada mata, nostril dan pada bibir manusia.

2.2 Genus Hypoderma

Spesies: Hypoderma bovis dan Hypoderma lineate

  • Kedua lalat ini berambut dan mempunyai mulut yang tidak berfungsi
  • Rambut-rambut pada bagian kepala dan bagian anterior thorax berwarna putih kekuningan pada H. Lineata dan kehijauan pada H.bovis
  • Bagian perutnya tertutup rambut kuning muda di bagian anterior kemudian bagian posterior memiliki rambut kuning oranye

3. Famili Caliphoridae

  • Larvanya merupakan pemakan daging atau parasit pada arthropoda lain. Larva biasanya berbulu kasar dan ditandai dengan adanya sebaris bulu kasar pada hypopleuron
  • Famili  ini dibagi menjadi 2 sub famili yaitu Calliphorinae dan Sarcophaginae.
  • Calliphorinae disebut juga dengan blow fly, berwarna biru metalik atau hijau. Sarcophaginae meliputi lalat daging yang mempunyai garis abu-abu longitudinal pada thorax dengan hiasan papan catur pada abdomen.

Sub Famili Calliphorinae

3.1 Genus Lucillia

  • Nama lainnya adalah Phoenicia atau lalat hijau botol atau lalat botol tembaga
  • Spesies: L.cuprina, L.sericata
  • Lalat ini berwarna metalik cerah atau hijau metalik
  • Warna mata coklat kemerahan

3.2 Genus Calliphora

  • Spesies: C. Erythrocephala
  • Disebut lalat botol biru karena tubuhnya biru metalik
  • Tubuh besar bila terbang, dengungannya keras
  • Mata merah, genae merah, bulu hitam

3.3 Genus Phormia

  • Spesies: P.regina
  • Phormia meletakkan telurnya pada wool domba
  • Thorax berwarna hitam dengan cahaya hijau kebiruan metalik
  • Abdomen hijau atau biru

3.4 Genus Chrysomia

  • Myasis pada domba sering disebabkan oleh serangan gabungan dari beberapa spesies seperti Lucillia, Calliphora, Phormia dan Chrysomia
  • Muka berwarna kuning oranye
  • Lalat berwarna hijau kebiruan dengan 4 garis pada prescutum
  • Siklus hidup: lalat meletakkan telurnya pada karkas, luka dan bahan makanan yang membusuk. Telur berkembang menjadi larva. Larva memiliki  2 kait mulut pada bagian anteriornya. Pada bagian posterior terdapat lempeng stigmata. Larva mengalami ekdisis 2 kali. Terdapat 2 macam larva, pertama adalah larva berbulu dimana larva dilengkapi dengan  penonjolan seperti duri atau spina. Yang termasuk larva berbulu adalah C.rufifacies dan C.albiceps. Yang kedua adalah jenis larva halus, karena tidak memiliki spina. Yang termasuk larva halus adalah C. microphogon. Sebelum menjadi pupa, larva berjalan jauh masuk ke dalam tanah sehingga menjadi pupa di bawah tanah. Setelah menjadi pupa, perkembangan selanjutnya menjadi lalat dewasa.

Sub Famili Sarcophaginae

  • Dikenal sebagai lalat daging (flesh fly)
  • Warna abu-abu terang/gelap
  • Thorax terdapat 3 garis gelap longitudinal
  • Dorsal abdomen terdapat bercak gelap/kotak catur hitam abu-abu
  • Maeletakkan larvanya pada luka/lecet-lecet atau pada daging busuk

Ordo Phthiraptera

    1. Sub Ordo Mallophaga

Super Famili Ischnocera

Super Famili Amblycera

    1. Sub Ordo Anoplura

Famili Pediculidae

Famili Haematopinidae

Famili Linognatidae

3. Sub Ordo Ryncoptirina

Ordo Phtiraptera (Lice)

  • Tidak mempunyai sayap
  • Tubuh pipih dorsoventral
  • Antena pendek terdiri dari 3-5 segmen
  • Tidak didapatkan mata, kecuali pada Pediculus humanus dan Phtirus pubis
  • Segmentasi thorax tidak begitu jelas
  • Pada bagian abdomen terdapat penebalan dari lapisan chitin yang disebut dengan paratergal plate
  • Siklus hidupnya termasuk simple metamorfosis
  • Telurnya berbentuk oval dan mempunyai operculum yang dapat melekat pada bagian bulu/rambut

Perbedaan Anoplura, Mallophaga dan Rynchopthirina

Anoplura Mallophaga Rynchopthirina
Mulut menghisap menggigit peralihan menggigit dan menghisap
Host terutama mamalia burung gajah
Sex jantan dan betina mudah dibedakan sulit dibedakan dapat dibedakan

Sub Ordo Mallophaga (biting lice)

  • Spesies ini memakan runtuhan epitel kulit inangnya/ pada bulu inangnya
  • Mulut digunakan untuk mengunyah makanan dan juga untuk menghisap cairan tubuh inang
  • Terjadi fusi antara mesothorax dengan metathoraxnya, prothoraxnya sangat jelas dapat dipisahkan
  • Spirakel terdapat pada ventral mesothorax
  • Pada tarsusnya terdapat 2 kuku terutama pada yang menyerang burung, sedang yang menyerang mamalia terdapat 1 kuku

Super Famili Ischnocera

Perbedaan antara Ischnocera dan Amblycera

Ischnocera Amblycera
Antena filiformis, terdiri dari 3-5 segmen Antenna kecil, tersembunyi dan sukar didapat
Tidak didapatkan palpus maksilaris Terdapat palpus maksilaris
Segmen abdomen  ke-1 dan 2 berfusi,, juga segmen 9 dan 10 Dari 11 segmen abdomen, hanya 9 segmen yang tampak

Contoh Ischnocera pada unggas

  1. Lipeurus heterographus
    • Menyerang bagian kepala unggas sehingga disebut kutu kepala unggas
    • Habitatnya pada kulit dan bulu di daerah kepala dan leher
    • Telur diletakkan satu-satu pada bulu
  2. Lipeurus caponis
  • Disebut kutu sayap unggas
  1. Goniocotes gigas
  2. Goniocotes gallinae
  3. Columbicola columbae
  4. Anaticola anseris
  5. Chelopistes anseris

Contoh Ischnocera pada mamalia

  1. Damalinia bovis, menyerang sapi
  2. Damalinia equi, menyerang kuda
  3. Damalinia ovis, menyerang domba
  4. Damalinia caprae, menyerang kambing
  5. Bovicola painei, menyerang kambing
  6. Trichodectes canis, menyerang anjing
  7. Felicola subrostratus, menyerang kucing

Super Famili Amblycera

    • Antenna tidak tampak jelas
    • Palpus maksillarisnya ada tetapi mungkin membingungkan atau sukar dibedakan dengan antenna
    • Antenna terdiri dari 4 segmen, segmen ke-3 tampak seperti batang keras. Antena juga digunakan untuk membedakan jantan dan betina. Antena jantan bulat panjang dengan pembesaran pada segmen pertama

Amblycera pada unggas

  1. Menopon gallinae
    • Menyerang ayam, bebek dan burung dara
    • Telurnya diletakkan bergerombol pada bulu induk semang
    • Berwarna kuning pucat
  2. Menopon phaestomum
  • Menyerang burung merak
  • Menyerang unggas, kalkun, burung merak
  • Berwarna kuning
  • Kutu ini berbahaya pada anak ayam
  • Merupakan kutu badan, menyukai kulit yang tidak berbulu seperti daerah sekitar anus
  • Menyerang bebek dan angsa
  1. Menacanthus stramineus
  1. Trinoton anserium

Contoh Amblycera pada  mamalia

1. Gyropus ovalis, terutama menyerang marmut dan rodent

2. Gliricola porcelli, terutama menyerang marmut dan rodent

3. Trimenopus hispidum, terutama menyerang marmut dan rodent

4. Heterodoxus spineger, menyerang anjing

5. Heterodoxus longitorsus

6. Heterodoxus macropus, menyerang wallabies dan kanguru

Sub Ordo Anoplura

  • Bentuk mulutnya disesuaikan dengan fungsinya untuk menghisap cairan tubuh dan menghisap darah inang
  • Terdapat 2 antenna yang terdiri dari 5 segmen
  • Tidak terdapat perbedaan yang nyata jenis kelamin jantan dan betina
  • Thorax kecil terdiri dari 3 segmen dan menyatu menjadi satu, sedang abdomennya besar terdiri dari 7-9 segmen. Pada segmen abdomen tampak penebalan chitin disisi kanan kirinya yang berwarna coklat tua sampai hitam disebut paratergal plate
  • Mata sangat kecil sampai tidak ada. Pada Pediculus humanus dan Phtirus pubis terdapat mata yang jelas
  • Pada pasangan kaki pertama lebih kecil dari yang lain, terdapat kuku yang lemah, pada pasangan kaki ke-3 merupakan kaki terbesar dan 2 tarsusnya sulit dibedakan. Tiap tarsus mempunyai 1 kuku
  • Pada golongan Haematopinidae terdapat spiracle pada sisi dorsal dari mesothorax dan 6 pasang spirakel pada abdominal
  • Dalam Sub Ordo Anoplura  terdapat 3 famili penting yaitu : Haematopinidae, Linognatidae dan Pediculidae. Perbedaan diantara ketiganya adalah
Pediculidae Haematopinidae Linognatidae
Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Paratergal plate Ada Ada Tidak ada
  • Yang termasuk Famili Pediculidae adalah:
  1. Pediculus humanus pada manusia. Berdasarkan lokasinya dapat dibedakan Pediculus humanus capitis pada kepala dan Pediculus humanus corporis pada badan
  2. Phtirus pubis, pada rambut sekitar pubis manusia
  • Morfologi Famili Haematopinidae:
  1. Tanda umum, tidak mempunyai mata dan tidak didapatkan sisa mata
  2. Dibelakang antenna didapatkan penonjolan yang khas untuk mendiagnosa famili ini
  3. Terdapat deretan spina/duri pada setiap segmen dari abdomen dan tampak jelas adanya paratergal plate
  4. Kuku hanya didapatkan pada kaki pertama
  5. Contoh:
  1. Haematopinus asini, menyerang kuda dan merupakan kutu penghisap
  2. Haematopinus suis pada babi
  3. Haematopinus eurysternus pada sapi
  4. Haematopinus quadripertusus pada sapi di Queensland
  • Morfologi Famili Linognatidae:
  1. Tidak didapatkan adanya mata
  2. Bagian abdomennya membranous dengan banyak rambut pada segmennya
  3. Kuku hanya terdapat pada kaki yang terkecil/pasangan kaki pertama
  4. Merupakan parasit ungulata dan kambing
  5. Contoh :
  1. Linognatus ovillus, menyerang domba, disebut kutu badan atau kutu biru
  2. Linognatus vitulli pada sapi
  3. Linognatus africanus pada domba
  4. Linognatus pedalis pada domba
  5. Linognatus stenopsis pada kambing
  6. Linognatus sitosus pada anjing dan srigala
  7. Solenoptes capillatus pada sapi di USA, Eropa dan Australia

Sub Ordo Rhyncopthirina

  • Hanya terdapat 1 famili yaitu Haematomyzidae, terdiri dari 2 spesies yaitu Haematomyzus elephantis pada gajah dan Haematomyzus hopkinsi pada babi
  • Kepala memanjang ke depan membentuk rostrum/probosis di bagian ujung terdapat mandibula
  • Dianggap sebagai bentuk peralihan Anoplura dan Mallophaga

Ordo Siphonaptera/pinjal (fleas)

  • Tidak mempunyai sayap, bentuknya sangat pipih, mempunyai kulit dengan lapisan chitin yang tebal berwarna coklat tua. Terdapat simple eyes yang terdiri dari satu lensa, tidak mempunyai compound eyes
  • Mulutnya untuk menyobek dan menghisap. Kakinya sangat kuat sehingga dapat melompat jauh. Abdomen terdiri dari 10 segmen. Pada segmen ke-9 pada jantan ataupun betina didapatkan dorsal plate yang mempunyai rambut-rambut sensoris (alat peraba) yang disebut dengan sensillum/pygidium
  • Pada pinjal jantan penisnya aedeagus, berbentuk lingkaran yang terdiri dari bahan chitin. Pada yang etina terdapat spermateca yang bentuknya spesifik. Pada beberapa spesies seperti pada anjing (Ctenocephalides canis) dan pada kucing (Ctenocephalides felis) terdapat spina/duri yang banyak didapatkan pada daerah kepala dan thorax yang dikenal sebagai comb/ctenidia
  • Pada gena/cheek/pipi, terdapat genal comb dan pada posterior segmen thorax pertama terdapat pronotal comb. Antenna yang pendek tersembunyi di lekukan daerah kepala. Siklus hidupnya termasuk complete metamorfosis/holometabolous
  • Siklus hidup: telur diletakkan pada debu atau tempat kotor. Telur berwarna putih mutiara. Telur berkembang menjadi larva. Pada larva terdapat 3 segmen thorax, 10 segmen abdominal yang terakhir tedapat 2 kait yang disebut dengan anal struts untuk bergantung atau lokomosi. Warna larva kekuningan. Larva takut pada sinar. Larva memiliki mulut tipe pengunyah, memakan darah kering, tinja/bahan organik lain tetapi butuh sedikit darah segar. Larva dapat ditemukan pada celah-celah lantai serta dibawah karpet. Perkembangan setelah larva adalah menjadi kepompong (coccon), selanjutnya pupa keluar, kemudian menjadi dewasa
  • Ordo Siphonaptera terdapat 3 famili
  1. Ceratophyllidae (pada rodensia)

Spesies: -Ceratophyllus fasciatus (pinjal tikus)

– Ceratophyllus gallinae (pinjal ayam)

  1. Pulicidae

Spesies: – Pulex irritans (pinjal manusia)

–          Xenopsylla cheopis (pinjal tikus)

–          Ctenocephalides felis (pinjal kucing)

–          Ctenocephalides canis (pinjal anjing)

–          Leptopsylla musculi (pinjal tikus)

–          Ceratophyllus gallinae (pinjal ayam)

–          Echidnophaga gallinae (stick-fast unggas)

–          Spilopsyllus cuniculi (pinjal kelinci)

–          Tunga penetrans (pinjal manusia)

  1. Leptopsyllidae

Spesies: Leptopsylla segni (pinjal rodensia)

KELAS ARACHNIDA

Sub Kelas Acari/Acarina

  1. Ordo Opilioacariformes
  2. Ordo Parasitiformes
    1. Sub Ordo Tetrastigmata
    2. Sub Ordo Mesostigmata
    3. Sub Ordo Metastigmata

Super Famili Ixodidae

    1. Famili Ixodidae
  1. Genus: Ixodes  Spesies: Ixodes ricinus
  2. Genus: Hyalomma Spesies: H.exosuatum
  3. Genus: Haemaphysalis Spesies: H.bancrofti
  4. Genus: Dermacentor Spesies: D.andersoni
  5. Genus: Amblyomma Spesies:A. Variegatum
  6. Genus: Ripicephalus Spesies: R.sanguineus
  7. Genus: Boophilus Spesies: B.annulatus
    1. Famili : Argasidae

Genus : Argas Spesies: A.persicus; Otobius megnini; Ornithodoros moubata

    1. Famili: Dermanyssidae

Genus: Dermanyssus (tungau merah ayam) Spesies: D.gallinae; Ornithossus    bacoti

  1. Ordo: Acariformes
    1. Sub Ordo: Prostigmata

Super Famili : – Trombidioidea

– Demodicidae

  1. Sub Ordo: Astigmata
  2. Sub Ordo: Cryptostigmata

Siklus Hidup : Telur-larva-nimfa-dewasa

  1. Berinang satu: larva sampai dewasa pada satu inang (Boophilus microplus)
  2. Berinang dua: Larva-nimfa pada satu inang, nimfa jatuh-dewasa pada inang yang lain (Ripicephalus evertsi, Ripicephalus bursa, Hyalomma excavatum)
  3. Berinang tiga: Larva pada inang I, jatuh menjadi nimfa mencari inang II, jatuh menjadi dewasa mencari inang III (Ripicephalus sanguineus, Haemaphyssalis bancrofti)
  4. Berinang banyak: misalnya Ornithodorus moubata

KELAS ARACHNIDA

    • Contohnya adalah kalajengking, caplak dan tungau
    • Berbeda dengan insecta dalam struktur dan fungsinya. Antenna, sayap dan mata majemuk tidak ada, seperti juga halnya pembagian kepala, dada dan abdomen.
    • Mata Arachnida kecil dan terutama makan cairan jaringan hewan yang dihisapnya dengan menggunakan faring penghisap
    • Arachnida bersifat carnivora dan banyak diantaranya mempunyai kelenjar racun dan kuku beracun sehingga mampu melumpuhkan mangsanya sebelum dihisap cairan jaringannya
    • Pasangan pertama dan kedua dari segmen tambahannya bermodifikasi untuk membantu saat makan, pasangan pertama disebut chelicera dan pasangan kedua pedipalpus, kedua alat bantu ini tajam dan kelenjar racun berkaitan dengan alat ini. Kelenjar racun dari kalajengking berkaitan berada pada ujung dari segmen tubuhnya
    • Persendian basal dari pedipalpus pada Arachnida dan juga kaki untuk jalan dibelakangnya dapat mengandung gigi-gigi yang menolongnya dalam merobek mangsanya. Persendian basal ini disebut gnathobases
    • Thorax dan abdomen bersatu. Nama prosoma diberikan pada segmen pertama. Nama ophistosoma diberikan pada sisa segmen yang lainnya. Prosoma mengandung chelicera, pedipalpus dan 4 pasang kaki (podosoma)untuk jalan. Ophistosoma berhubungan dengan abdomen. Podosoma dan ophistosoma kadang-kadang keduanya disebut dengan Idiosoma. Pembagian ini tidak sesuai dengan keadaan tubuh tungau dan caplak karena tubuh spesies ini sudah kehilangan tanda-tanda segmentasi dari luar.
    • Sebagian besar menunjukkan pembagian ke dalam dua bagian yaitu, gantosoma anterior yang mengandung chelicera, pedipalpus dan hipostom yang hanya berkembang pada spesies ini saja. Gnatosoma caplak dan tungau disebut capitulum. Bagian posterior yang tunggal yang mewakili fusi podosoma dan ophistosoma sehigga disebut idiosoma.
    • Mulut caplak dan tungau simodifikasi untuk menghisap darah dan cairan tubuh serta untuk memegang inang.
    • Arachnida bernafas dengan menggunakan insang buku dan trachea. Beberapa spesies tidak mempunyai organ pernafasan khusus tetapi menyerap oksigen dari kutikula
    • Kelas Arachnida meliputi:
  1. Scorpionidea
  2. Pedipalpea
  3. Araneidea
  4. Palpigradea
  5. Cheliferae
  6. Podogonea
  7. Phalanginea
  8. Acarina

ACARINA

  • Spesies yang dijumpai dari kelas ini dikenal ada yang berkulit keras dan lunak dan ada yang bertubuh kecil bahkan sangat kecil yang lazim disebut tungau
  • Bagian mulutnya terdapat sepasang chelicera, sepasang pedipalpus dan diantaranya terdapat struktur yang menyerupai gigi yang disebut hypostom. Bagian kepala secara keseluruhan disebut dengan gnathosoma dilengkapi dengan bentukan yang disebut dengan capitulum. Segmentasi dibagian tubuh tidak dijumpai.
  • Siklus hidup: Telur menjadi larva yang dilengkapi denga 3 pasang kaki. Larva mengalami moulting kemudian menjadi nimfa yang dilengkapi dengan 4 pasang kaki tetapi belum dilengkapi dengan organ reproduksi, setelah itu menjadi dewasa yang dilengkapi dengan 4 pasang kaki dan organ reproduksi.

Ordo Parasitiformes

Sub Ordo Mesostigmata

  • Nama Sub Ordo berkenaan dengan pada kenyataan bahwa sepasang stigma tunggal ada di lateral dan ada disebelah luar coxae kaki. Seperti pada caplak, stigma ini mungkin berasal dari plat peritoneal
  • Tidak ada alat penghisap genital
  • Dari sekian banyak spesies dari Ordo Mesostigmata, hanya ada satu kelompk dari sub ordo ini yang disebut Gamasida atau tungau Gamasid. Sebagian dari tungau Gamasid tidak parasitic dan hidup didalam tanah, kebanyaka pada kayu yang busuk/litter , yang lain berparasit pada kumbang, insek lain, burung, kelelawar, dan mamalia lain.

Famili: Dermanyssidae

Genus:Dermanyssus

Spesies: Dermanyssus gallinae

  • Menyerang ayam, merpati, dan burung liar mungkin juga manusia.
  • Tungau ini disebut juga tungau merah ayam, tetapi seperti tungau yang lainnya hanya berwarna merah bila menghisap darah, bila tidak warnanya keputihan agak abu-abu hitam
  • Siklus hidup: telur diletakkan biasa setelah menghisap darah dalam dinding kandang ayam. Tlur kemudian berubah menjadi larva, selanjutnya berubah menjadi nimfa. Protonimfa yang akan menghisap darah inang kemudian berganti kulit. Deutonimfa lalu menghisap darah inang, kemudian menjadi dewasa.

Genus: Ornithossus

  • Spesies ini sering disebut tungau tikus daerah tropis dan sebagai parasit pada tikus dan manusia di seluruh dunia
  • Chelicera tanpa gigi dan ada taji pada segmen distal dari pedipalpus
  • Siklus hidup: Telur diletakkan pada persembunyian tikus. Telur menetas setelah 1x menghisap darah inang. Larva  mempunyai 6 buah kaki dan tidak makan, kemudian berganti kulit, kemudian berubah mnejadi protonimfa, setelah protonimfa menghisap darah kemudian akan mengalami pergantian kulit lalu menjadi dewasa.

Sub Ordo Mesostigmata

  • Terdiri dari caplak keras dan caplak lunak
  • Terbagi menjadi 2 famili yaitu Argasidae termasuk didalamnya caplak ayam dan Ixodidae atau caplak sebenarnya

Famili Argasidae

  • Kulitnya tidak ditutupi oleh lapisan yang keras
  • Bagian capitulum dan mulutnya terletak pada permukaan bawah anterior
  • Tidak dijumpai adanya mata, jika ada terdapat pada bagian lateral supracoxal
  • Terdapat sepasang spirakel
  • Tidak dijumpai adanya perbedaan jenis kelamin

Genus: Argas

Spesies: Argas persicus

  • Dikenal sebagai fowl tick
  • Dewasa yang siap bertelur berwarna kebiruan
  • Siklus hidup: Telur diletakkan pada sangkar burung, kandang ayam. Telur berkembang menjadi larva. Larva mempunyai 6  kaki, menuju ke inang di bagian sayap, dapat hidup selama 3 bulan tanpa makan. Larva jatuh ketanah kemudian berganti kulit. Stadium selanjutnya adalah nimfa yang mempunyai 2 stadium. Nimfa akan makan selama 2 jam. Kemudian menjadi dewasa, dimana pada saat ini caplak akan makan selama 1 bulan. Betina akan melatakkan telurnya setiap selesai makan

Genus: Otobius

Spesies: Otobius megnini

  • Disebut dengan spinose ear tick
  • Bentuk larva dan nimfa sering dijumpai dalam daun telinga
  • Warna dan bentuk nimfa keabu-abuan
  • Bentuk dewasa tidak bersifat parasit
  • Bentuk telurnya mirip biola
  • Siklus hidup: telur diletakkan dibawah tempat makanan, di bawah batu atau pada sela-sela dinding. Telur berkembang menjadi larva dimana larva dapat hidup tanpa makan selama 2-4 bulan. Berjalan menuju kedua telinga, larva menghisap cairan limfe, warnanya putih kekuningan/pink. Larva berganti kulit menjadi nimfa yang tetap makan di dalam saluran telinga, larva kemudian menjatuhkan diri dari inang kemudian bersembunyi di celah-celah dinding lalu menjadi dewasa.

Genus: Ornithodorus

Spesies: Ornithodorus moubata

  • Hidupnya pada gubuk pasir di bawah pohon
  • Tidak memiliki mata
  • Merupakan multiple host tick sehingga memudahkan penyebaran penyakit
  • Siklus hidup: caplak betina bertelur pada pasir kemudian menetas dan berganti kulit menjadi nimfa. Kemudian berkembang menjadi dewasa

Famili Ixodidae

  • Scutum didapatkan pada seluruh permukaan tubuh bagian dorsal dari yang jantan
  • Pada bentuk larva dan dewasa betina, skutum didapatkan sedikit saja
  • Pada tepi posterior tubuh terdapat lekukan-lekukan yang disebut feston. Feston berjumlah 11 buah

Genus: Ixodes

Spesies: Ixodes ricinus

  • Di bagian anterior terdapat lekukan yang disebut anal groove, palpusnya panjang, tidak mempunyai mata, tidak terdapat feston
  • Inangnya yang dewasa adalah anjing dan mamalia. Pada larva dan nimfa dijumpai pada burung, reptilia dan mamalia
  • Siklus hidup: Telur menjadi larva dimana larva dapat bertahan tanpa makan selama 19 bulan, setelah itu berkembang menjadi  ninfa kemudian dewasa

Genus : Hyalomma

Spesies: Hyalomma marginatum

  • Terdapat mata, feston kadang-kadang dijumpai
  • Palpus dan hipostom panjang
  • Inangnya pada yang dewasa terdapat pada sapi, mamalia dan burung. Larva pada burung dan rodensia
  • Caplak ini termasuk two host tick
  • Predileksinya pada perineum, perianal dan organ genetalia

Genus: Haemaphyssalis

Spesies: H. Parmata, H. bancrofti

  • Caplak yang berbentuk kecil
  • Tidak mempunyai mata
  • Bentuk palpus pendek dan tidak dijumpai feston
  • Inangnya pada anjing dan mamalia yang mengalami domestikasi
  • Termasuk 3 host tick

Genus: Dermacentor

Spesies: D. Variabilis, D.reticulatus

  • Tubuhnya biasanya berwarna-warni, karena itu disebut ornate tick
  • Dijumpai mata dan festoon
  • Bentuk hipostom dan palpusnya pendek
  • Inangnya adalah rodensia dan mamalia kecil

Genus: Amblyomma

Spesies: A. variegatum

  • Ornate tick
  • Dijumpai mata dan festoon
  • Palpus dan hipostom panjang
  • 3 host tick
  • Bertubuh bulat besar dan agak lebar

Genus: Aponomma

  • Ornate tick
  • Ukuran tubuhnya hampir sama denga caplak Amblyomma tetapi tidak mempunyai mata
  • Dijumpai feston
  • Palpus dan hipostom panjang
  • Inang: reptil

Genus: Ripicephalus

Spesies: R.sanguineus

  • Brown dog tick
  • Ektoparasit pada sapi, kambing, domba dan anjing
  • Bentuk umum caplak dari famili Ixodidae umumnya memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
  1. Cephalothorax (bagian kepala dan thorax bersatu)
  2. Capitulum bagian kepala terdapat pada bagian anterior tubuhnya
  3. Scutum: sejenis pelindung keras, yang tedapat pada again dorsal tubuh caplak , terbuat dari bahan chitin. Caplak betina dewasa memiliki scutum yang lebih kecil dari caplak jantan dan terdapat di sepertiga bagian anterior tubuhnya
  4. Festoon: merupakan bentuk persegi/bujur sangkar sepanjang tepi caudal dari tubuh caplak

Anatomi tubuh caplak

  • Bagian kepala: terdapat mata di sebelah lateral. Pada jantan mata diatas dari coxa I, pada betina di bagian atas dari lebarnya scutum
  • Terdapat mulut yang  dilengkapi dengan palpus dan hipostom, juga terdapat sejenis gigi (chelicera)
  • Bagian kaki: pada bentuk larva, mempunyai 3 pasang kuku. Pada bentuk nimfa mempunyai 4 pasang kaki.
  • Ujung segmen yang bulat panjang disebut petiole dan mengandung kait, pulvilli
  • Siklus hidup: berdasarkan siklus hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu:
  1. Berinang satu: larva-dewasa pada satu inang
  2. Berinang dua: larva-dewasa pada 2 inang
  3. Berinang tiga: larva pada inang I, nimfa pada inang II, dewasa pada inang III
  • Ripicephalus  sp pada umumya 3 host tick. R.evertsi dan R.bursa 2 host tick
  • Siklus hidup: Telur menjadi larva. Larva bersembunyi dan menunggu untuk mendapatkan inangnya. Jika mendapatkan makanan yang cukup maka akan berganti kulit. Larva berubah menjadi nimfa. Nimfa mencari inang dan akan menghisap darah. Bentuk larva dan nimfa banyak terdapat pada daun telinga, lipatan kaki depan, belakang, pangkal ekor bagian bawah dan sela-sela jari inang. Nimfa berganti kulit, kemudian mejadi dewasa. Pada saat dewasa baru dapat dibedakan jenis kelaminnya. Betina mencari inang kemudian merayap pada tempat terlindung dari tubuh hewan dan menghisap darah sehingga tubuh caplak membesar dan siap untuk bertelur.

Genus: Boophilus

Spesies: B.microplus (B.australis); B.calcaratus; B.kohlsi; B.decoloratus disebut blue tick karena mempunyai bagian seperti batu berwarna biru dan kaki kuning; B.annulatus menyerang ternak di Amerika Utara

  • Mempunyai 4 pasang kaki pada yang dewasa, sedangkan larva mempunyai 3 pasang kaki
  • Tubuh bagian dorsal dilindungi lapisan chitin/scutum. Pada yang jantan scutum meliputi permukaan dorsal tubuhnya, sedangkan pada yang betina scutum pada larva dan nimfa separuh tubuhnya
  • Memiliki sepasang mata
  • Mulut pada bagian anterior yang dilengkapi hipostom dan palpus. Hipostom sebagai alat penusuk dan palpus sebagai alat peraba
  • Spirakel sebagai alat pernafasan
  • Kaki memiliki 6 ruas, pada ujung kaki terdapat kuku (sebagai alat pengait)
  • Keistimewaan pada coxal I yaitu membelah menjadi dua dan berbentuk seperti taji yang disebut dengan internal spur dan external spur
  • Pada jantan memiliki prosesus caudatus
  • Mempunyai genital orifisium
  • Mempunyai anus
  • Pada jantan mempunyai anal plate dan ventral plate disekitar anus
  • Mempunyai cervical groove (saluran) pada bagian scutum
  • Sebelum menghisap darah, caplak berwarna coklat kekuningan kalau sudah menghisap darah berwarna kebiruan
  • Di Indonesia disebut caplak sapi
  • Caplak ini termasuk 1 host tick

Ordo Acariformes

  • Dalam istilah sehari-hari disebut tungau
  • Tidak dijumpai adanya segmentasi
  • Mempunyai 3 pasang kaki pada larva dan 4 pasang kaki pada nimfa dan dewasa
  • Tidak terdapat mata
  • Tidak terdapat rahang  bawah (hipostom)
  • Hampir semua ovipar
  • Metamorfosis lengkap
  • Dapat menimbulkan iritasi pada inang dan menghisap darah

Ordo Acariformes terdiri dari 3 subordo yaitu: Prostigmata, astigmata dan Cryptostigmata

Sub Ordo Prostigmata

Famili Trombiculidae

Genus Trombicula

Spesies Trombicula autumnalis

  • Yang bersifat parasitik adalah bentuk larvanya (chigger) bentuk nimfa dan dewasa hidup di alam
  • Bentuk yang dewasa ditutupi oleh bulu panjang dan warnanya merah kekuningan
  • Larvanya menghisap darah inangnya melalui alat yang disebut stylostome
  • Sering dijumpai pada bagian kepala dan leher inang. Bentuk larva sering menyebabkan gatal hebat pada inang. Bentuk dewasa sering dijumpai pada tanah berkapur dan rumput-rumputan

Famili Demodicidae

Genus Demodex

Spesies demodex canis; D.bovis; D.ovis; D.caprae

  • Hidup pada folikel rambut dan kelenjar sebasea
  • Bentuknya panjang seperti wortel
  • Batas thorax dan abdomen masih nyata, juga masih dijumpai 4 pasang kaki pendek dan tumpul. Abdomen bergaris-garis transversal pada bidang dorsal dan ventralnya
  • Bagian mulut terdiri dari sepasang palpi dan chelicera serta hipostom
  • Dapat dibedakan jenis kelaminnya
  • Seluruh siklus hidupnya berlangsung pada tubuh inangnya, terdiri dari telur, larva, deutonimfa, dewasa, di dalam kelenjar folikel rambut atau kelenjar keringat.
  • Tungau jantan terdapat pada permukaan kulit, dimana yang betina meletakkan telur di dalam folikel rambut. Larva dan nimfa terbawa oleh aliran cairan kelenjar ke muara folikel. Di tempat ini yang dewasa mulai kawin
  • Infeksi terjadi karena kontak langsung antara penderita dan hewan sehat
  • Inangnya: anjing, kucing, sapi, babi dan manusia

Sub Ordo Astigmata

  • Spesies yang termasuk dalam sub ordo ini menimbulkan gangguan pada kulit
  • Inang: mamalia dan burung
  • Terdapat dua famili penting yaitu
Sarcoptidae Psoroptidae
Inang Mamalia dan burung mamalia
Sifat Menembus kulit inang dan menetap di bawah jaringan kulit Pada permukaan kulit dan menghisap makanan dengan menusukkan mulut ke dalam kulit
Bentuk globusa oval
Dorsal Didapatkan banyak spina Tidak dijumpai
Kaki Pendek, pedikelnya tidak bersegmen Panjang, pada pedikelnya terdapat sucker
Genital Tidak ada ada
Sucker Tidak berlobus Mempunyai lobus

Famili Psoroptidae

Terdapat tiga genus pada famili ini, diantaranya:

  1. Genus Psoroptes
    • Pada yang jantan terdapat copulatory sucker, betina mempunyai copulatory tuberkel
    • Mempunyai lapisan kutikula yang bergaris halus yang meliputi seluruh bagian tubuhnya
    • Inang: hewan berbulu banyak  (kambing dan domba)
    • Spesies: Psoroptes ovis
    • Siklus hidup: telur-larva-nimfa kecil menjadi betina dewasa, nimfa besar menjadi jantan dewasa
  1. Genus Chorioptes

Spesies: C.equi; C.bovis; C.ovis; C.texanus; C.caprae; C.cuniculi

  • Tungau mirip Psoroptes, namun keduanya dapat dibedakan dari leg suckernya
  • Predileksi terutama pada kaki. C.cuniculi pada telinga kelinci
  • Disebut sebagai tungau kaki
  1. Genus Otodectes

Spesies: Otodectes cynotis

Inang: anjing, kucing, anjing hutan dan kucing liar

Predileksi: di dalam telinga

Famili Sarcoptidae

Genus: Sarcoptes

Spesies:                 – Sarcoptes scabiei var ovis

–          Sarcoptes scabiei var equi

–          Sarcoptes sacbiei var suis

–          Sarcoptes scabiei  var bovis

–          Sarcoptes sacbiei   var canis

–           Sarcoptes scabiei   var humanis

  • Tubuh bulat seperti lingkaran
  • Banyak dijumpai kutikula pada permukaan luar tubuhnya dan ditemukan tonjolan dan bulu yang keras (bristle)
  • Tidak mempunyai mata dan trachea
  • Pada bagian mulut ditemukan padipalp dan alat penjepit kecil
  • Capitulum pendek dan kecil
  • Kakinya pendek dan dilengkapi sucker yang panjang tetapi tidak melekat pada pedikel serta sucker ini dapat membedakan tungau jantan dan betina, tungau jantan pada pasangan kaki I,II dan III, betina pada pasangan kaki I dan II
  • Anus di bagian terminal
  • Siklus Hidup: Telur diletakkan dalam kelompok, dua-dua atau empat-empat pada lubang. Tungau betina mati, telur berkembang menjadi larva yang dilengkapi 3 pasang kaki. Larva berubah menjadi nimfa. Nimfa membuat terowongan kemudian berganti kulit. Nimfa kemudian berunah menjadi dewasa yang dilengkapi dengan 4 pasang kaki

Genus: Notoedres

Spesies: Notoedres cati

  • Pada bagian dorsal ditemukan spina kecil dan tajam
  • Pedikelnya panjang
  • Pada yang jantan sucker tidak didapatkan pada kaki ke-3. Pada betina sucker tidak ddapatkan pada kaki ke-4

Famili Knemidocoptidae

Genus:Knemidocoptes

Spesies: K.mutans; K.gallinae; K.pilae

Inang: unggas

  • Tidak dijumpai spinal sucker pada bagian dorsal
  • Pada bagian dorso posterior dijumpai dua rambut panjang
  • Pada jantan pedikel pendek
  • Tidak dijumpai sucker kaki pada yang jantan. Pada betina mengalami rudimenter.

Tinggalkan komentar